Indahnya Berpoligami

Nemu di mailbox, tulisan Abu Muhammad Abdullah, jebolan pondok pesantren (entah mana), alasan indah beliau untuk mendukung poligami. Saya sendiri tidak tertarik untuk melakukan, juga tidak akan setuju bila ayah saya (yang almarhum itu) ingin melakukannya, tulisan ini saya kliping karena cukup menarik untuk diapresiasi. Kenang-kenangan buat anak cucu, sekian puluh tahun lagi, mungkinkah hal yang sekarang masih jadi perdebatan serius, saat itu sudah jadi bahan tertawaan anak kecil.

“Endangnya” Poligami
oleh: Muhammad Abdullah
e: emabdalah di yahoo.com

Semua lelaki memiliki naluri berpoligami. Dalam hal “semua lelaki” ini mengartikulasikannya jangan sampai terjebak dalam paradigma beragama. Memang dalam agama sendiri, kasus poligami mendapat tempat yang khusus. Walaupun sebenarnya kekhususan itu karena faktor para pemeluknya sendiri. Sedang agama tidak melulu ngomongin masalah perempuan, kawin, poligami, monogami atau stereogami.

Marilah kita sebentar keluar dari kerangka agama. Meninjau segi-segi kejadian dunia lelaki, baik dia itu muslim, yahudi, kristen, katolik, ateis dll. Baik dia itu berprofesi sebagai presiden, buruh bangunan, operator mesin, sopir, astronot dll. Kita juga tidak bisa inklusif-nasionalis dalam hal ini. Sebab kita tidak membicarakan satu jenis bangsa saja, tapi segala jenis bangsa dan negara kita hilangkan dulu sekat-sekat pemisahnya. Lebih jauh lagi meninjau dunia lelaki dari kalangan makhluk lain, baik itu binatang, ikan, tumbuhan, dan dalam kapasitas yang lebih luas lagi, melongok para lelaki dari kalangan makhluk halus, yaitu jin.

Kalau kita membicarakan poligami, berarti membicarakan perkawinan. Kalau kita membicarakan perkawinan, berarti pembicaraan kita membahas sifat suatu gender. Nah, setelah kita lihat berbagai kehidupan makhluk hidup, baik secara empirik kita jumpai, atau melalui lektur tidak langsung ataupun langsung, kita jumpai bahwa gender lelaki selalu lebih dominan dibandingkan gender perempuan atau “lady-woman” alias bencong (benci akuu!).

Secara empirik, kita sudah super-super kenyang menyaksikan bahwa manusiayang berjenis kelamin lelaki memiliki kuasa lebih dibanding wanita. Melalui pengamatan-pengamatan dan observasi, kita lihat, misalnya acara di National Geographic, Discovery Channel, yang sering menayangkan dunia flora dan fauna, kita lihat bahwa gender lelaki dari jenis binatang pun memiliki dominasi yang demikian kuat atas gender lainnya.

Bahkan dalam dunia mistis, jagading lelembut, banyak literatur tentang jin yang suka usil mengerjai kaum wanita dari jenis manusia. Bahkan seandainya jika ada suami istri yang melakukan “ritual” tanpa mengucap nama Allah, sang jin bisa ikut nimbrung di antara keduanya. Hih, serem.

Lelaki, secara naluri, selalu ingin diakui lebih powerful di segala bidang. Bukan hanya di medan perang, jalanan, atau perkantoran. Bahkan dalam urusan “ritual suami-istri” pun lelaki selalu merasa tidak terpuaskan. Walaupun istri di rumah sudah cantik, seksi, bahenol, penyabar, penyayang, pandai masak, cuci baju dan pinter nyetrika, ada-ada saja alasan untuk “mencicipi” model baru wanita lain.

Sejarah mencatat bahwa sejak dulu lagi, kaum lelaki sangat homogenus dalam urusan syahwat. Psikolog Singapura, yang saya lupa namanya, dalam suatu dialog di Channel News Asia, mengatakan: “Sex is animal instinc”.

Sex adalah instink hewani. Ketika instink itu datang, naluri hewan kita mengendus-endus, seperti kucing, seperti ayam, seperti kuda. Dan kita tak akan bisa mencegah instink itu, selagi belum tersalurkan. Dan hillarious-nya, instink hewani itu bukannya berhenti ketika si lelaki sudah menyalurkannya. Ketika dilihatnya ada “barang” yang lebih elok, lebih mulus, lebih bahenol dibanding pasangannya, instink hewaninya kembali muncul. Barangkali di sinilah salah satu hikmahnya, mengapa wanita diharuskan menutup aurat, menutup lekuk-lekuk tubuhnya. Supaya lelaki tidak melupakan “ikan asin” di rumahnya.

Sejarah mencatat, poligami alias beristri banyak, bukan hanya monopoli pemeluk suatu agama tertentu sahaja. Bukan pula hak istimewa suatu bangsa atau ras tertentu saja. Para pemeluk Yahudi diperkenankan memiliki istri dalam jumlah yang tidak terbatas. Bahkan Nabi Yakub, Nabi Daud, Nabi Sulaiman memiliki istri yang tak cukup dihitung dengan jari. Nabi Muhammad masih bisa dihitung dengan jari. Pada tahun 1650, pemeluk Kristen di Perancis pernah mendapatkan fatwa, boleh memiliki 2 istri. Bahkan dewan tertinggi gereja Inggris, sampai abad 11 boleh memperlakukan wanita sebagai barang dagangan. Boleh dijual, dipinjam, digadaikan. Kalau baru dimadu sih masih urusan kecil. Kebiasaan ini terhapus, setelah kaum salibis pulang dari perang Salib.

Menjelang abad 20 dan sekarang, praktek beristri banyak masih tetap ada. Tak pandang agama, suku, dan bangsa. Tentu istilah “istri” di sini bisa berarti istri dalam arti yang sesungguhnya dan bisa pula berarti yang tidak sesungguhnya. Dalam istilah kerajaan tanah air, wanita-wanita yang jadi istri raja, dinamakan selir. Dahulu di Jepang, para Samurai juga biasanya punya banyak selir. Di Amerika, penduduk aslinya, Indian, para lelakinya lazim membagi cinta dengan beberapa wanita, selama si lelaki punya kemampuan finansial dan fisik yang memadai. Bagi para istrinya, berarti tugas makin ringan. Memasak dan mencuci bisa dibagi-bagi tugasnya. Walaupun, yah, bajunya orang Indian berapa lembar sih….

Nah, di zaman kini, para lelaki yang banyak duit tetap mempraktekkan poligami. Walaupun harus main kucing-kucingan dengan istri pertama. Kenapa musti kucing-kucingan? Karena sejak lahir kita sudah dicekoki makna kesetiaan cinta, “one man, one love”. Ditambah lagi lagu-lagu cengeng yang mengagung-agungkan cinta pada seorang saja. Semoderen apa pun ‘live style’ seorang lelaki, tetap saja naluri hewaninya tetap berjalan, yaitu mencintai lebih dari satu wanita.

Memang sangat menyakitkan bagi wanita, tapi begitulah adanya. Di Jepang yang tak diragukan lagi kemoderenannya, kecanggihan teknologinya, kekayaan finansialnya, para lelakinya selalu mencari dan mencari “geisha” alias wanita penghibur. Karena di rumah, “geisha” nya nyebelin dan mbosenin.

Sedang lelaki Singapura lebih suka mencari daun-daun muda dari
Indonesia untuk dijadikan wanita simpanan. Wanita muda Indonesia lebih diminati karena harganya yang murah dan “rasanya” yang gurih. (Ini kata mereka, jangan sewot gitu loh).

Di negara yang mengaku sebagai bapak moyangnya demokrasi, Amerika, poligami tetap ada. Tom Green adalah tokoh poligami yang berani mendobrak tradisi Amerika yang amat patriartical dalam memperlakukan gender.

Kini kita coba kembali ke ajaran agama, dalam hal ini agama Islam. Sebab agama-agama lainnya terkesan “ogah” membicarakan poligami. Kalau zaman sebelum datangnya agama Islam (dalam hal ini Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw), para lelaki bebas memiliki wanita tanpa batas. Bebas memperlakukan wanita seperti benda mati, kini fungsi agama mengingatkan kembali para lelaki agar tidak sembarangan memelihara gundik yang diikat tanpa tali pernikahan.

Merujuk pada ide para liberalis (islib) bahwa mengartikan Al Qur’an dan
Sunnah tidak boleh secara tekstual, ‘letterlujk’, tapi harus sesuai dengan kondisi suatu zaman, maka adalah suatu keharusan bagi setiap lelaki untuk berpoligami. Why? Why? Why? Karena dewasa ini kaum lelaki selalu disuguhi aurat-aurat wanita, di mana pun dia berada. Coba tengok ke luar sebentar, pasti ada wanita melenggang bercelana jeans ketat. Coba menengok ke kiri, ada wanita ber-tank top. Ke kanan, pantat yang merangsang.

Ditambah lagi media-media elektronik, seperti televisi, selalu menyuguhkan wajah-wajah cantik yang menggoda hasrat lelaki normal. Nah, hal-hal seperti itulah yang membuat instink lelaki mengalami gejala “ndut-ndutan“. Dalam fase-fase itulah, seluruh energi, intelegensi, materi, bahkan wibawa sekalipun tiba-tiba menjadi sesuatu yang murah. Untuk menghindari itu, peranan agama berfungsi agar menghalalkan itu semua.

Kalau para liberalis, mengartikan budaya pluralisme perkawinan (plural marriage) itu hanya budaya Arab, yang katanya libidonya lebih tinggi dari pada bangsa lain, maka saya berani katakan bahwa pluralisme juga berlaku pada perkawinan. Dalilnya, ya, meminjam istilah liberalis, bahwa mengartikan kitab suci tidak boleh secara harfiah. Nah, ternyata gejala sosial menyatakan bahwa lelaki sekarang, baik yang libidonya tinggi, maupun yang libidonya rendah, atau yang tak punya libido, sama-sama “ndut-ndutan” menyaksikan wanita-wanita yang secara umum mengumbar aurat.

Jadi solusinya, salah satunya, adalah melegalkan poligami, baik secara konstitusional maupun inkonstitusional. Supaya gejala “ndut-ndutan” yang diderita kaum lelaki berkurang. Dengan begitu energi, intelegensi, materi dan wibawanya tidak terganggu, karena sudah mendapat payung hukum secara SYAH dan MEYAKINKAN. So berpoligami, hidup jadi makin “ENDANG”, makin “ENDAH”, dan makin “NENDANG”.

Wassalam,

Emabdulah
Masih menerima beberapa wanita lagi ‘ihik ihik’

endang = enak
endah = indah
nendang = nikmat sampai puncak

Sepertinya alasan-alasan yang disebutkan saudara M. Abdullah itu masih belum cukup untuk mendukung poligami, rasanya masih ada “fakta” yang (sengaja?) terlupakan… tapi apa ya?

64 Tanggapan to “Indahnya Berpoligami”


  1. 1 giffari 5 November 2006 pukul 12:49 pm

    *pertama…*

    saya setuju bila poligami diperbolehkan dan diizinkan.
    tetapi harus ada aturannya, menurut hadits dan al-qur’an.
    tapi terus terang saya bukan ahli al-qur’an dan hadits,
    maka yang saya ingat hanyalah kata : ADIL.

  2. 2 Emanuel Setio Dewo 5 November 2006 pukul 6:37 pm

    Waktu makan di RM Wong Solo, saya sempat mencicipi Jus Poligami yang merupakan salah satu minuman yang difavoritkan. Rupanya jus ini terdiri dari beberapa buah (kalau tidak salah ada 4 jenis buah) yang di-blender menjadi sebuah jus. Berbeda dengan layaknya jus lain yang umumnya hanya terdiri dari 1 buah saja.

    Rasanya bagaimana? Well… harus nyicipi sendiri supaya bisa menggambarkan rasanya…

    (** senyum-senyum sambil nunggu yang mau ntraktir **)

  3. 3 wadehel 5 November 2006 pukul 10:52 pm

    @ Giffari
    Mungkin ga ya seorang suami yang poligami berlaku adil?

    @ Dewo
    Kalau jus itu kan di blender ya, rasanya apa tidak kacau tuh? Kalau sampai ingin di traktir dan senyam senyum, pastinya rasanya sangat enak ya? Jadi penasaran.

  4. 4 Tukangkomentar 5 November 2006 pukul 11:23 pm

    Kalau poliandri gimana? Kan jaman sekarang banyak kaum laki-laki yang nggak mampu dan banyak kaum wanita yang berharta?
    Pasti dicap nggak bermoral deh. Dasar kita kaum laki-laki mau menang sendiri. Ya, kan?
    Kalau nurut pendapat saya, kebanyakan laki-laki itu bukannya pingin poligami, tapi pinginnya promiskuitif. Logis, kan? Nggak usah tanggung jawab, tembak lalu kabur (sorry. :)). Kallau poligami kan repot, harus nanggung makannya kek, harus beliin baju/sepatu/perhiasan/make up dsb, belum lagi kalau punya anak. Wah, harus bayar biaya sekolah lagi, beliin buku/seragam/sepatu/sendal/pakaian dsb. Kan harus kerja keras, mending kalau kaya, lumayan. Tapi yang paling berat kan kita harus memberi santapan jasmani secara adil, jadi kalau memang sedang gilirannya dan kita lagi capai, yah, terpaksa harus juga, kan?
    Nah, kalau cuma promiskuitif saja kan nggak perlu gitu-gitu, paling risikonya dikeroyok, digaplok dan dimaki pacar-pacar yang pada cemburu!
    Makanya itu mungkin aturan poligami itu sengaja dibuat untuk mempersulit kita kaum leleaki,ya?
    Nggak, serius, nih: mungkin dibuat untuk mengantisipasi sifat kaum lelaki yang sering nggak mau tanggung jawab,ya?
    (sambil meringis, mbayangkan, kalau besok harus menggiliri istri ke 3 yang paling nggak bisa masak dan hangus melulu. Harus beli makanan di restoran lagi, wah, biaya lagi! Terus lusa istri ke 4 yang tukang ngomel dan nggak “puas-puas”. Pusing dah, nggak mau mbayangkan yang gitu lagi. Tetap saja sama istri satu, wong nggak habis-habis kok!)

  5. 5 JuliaPere 6 November 2006 pukul 4:59 pm

    Oke-oke aja lagi kalo beberapa perempuan dewasa yang rela mau kawin sama satu laki-laki dewasa asal mereka bisa mikir masak-masak dan tahu konsekuensi, enak dan enggaknya such an arrangement? Ngapain dilarang?!

    Emangnya mereka enggak akan pernah bisa bahagia?

    Dan oke-oke aja kalo beberapa pria dewasa mau kawin sama satu perempuan dewasa asal mereka bisa mikir masak-masak dan tahu konsekuensi, enak dan enggaknya such an arrangement? Ngapain dilarang?!

    Emangnya mereka enggak akan pernah bisa bahagia?

    Dan oke-oke aja kok kalo sesama pria atau sesama wanita atau waria dan pria atau waria dan wanita yang sama-sama dewasa membuat komitmen hidup bersama, mau dibilang marriage ato civil union kek, asal mereka bisa mikir masak-masak dan tahu konsekuensi, enak dan enggaknya such an arrangement. Ngapain dilarang?!

    Emangnya mereka-mereka enggak akan pernah bisa bahagia?

    Emangnya harus 1 perempuan + 1 lelaki baru bisa bahagia?

  6. 6 Odi 6 November 2006 pukul 5:06 pm

    “kita lihat bahwa gender lelaki dari jenis binatang pun memiliki dominasi yang demikian kuat atas gender lainnya.”

    Nggak selalu jg, bukannya ada laba-laba jenis black widow yang justru menyantap pasangan jantannya setelah melakukan reproduksi.

  7. 7 passya 6 November 2006 pukul 7:52 pm

    apapun alasannya poligami itu semua hal di semesta ini bisa benar tergantung dari sudut mana si pengamat melihat :D

  8. 8 helgeduelbek 6 November 2006 pukul 10:18 pm

    Judulnya apa gak salah… apa bukan nikmatnya berpoligasme saja, sekalian isinya diganti jadi pas. :) gak nyambung khan

  9. 9 wadehel 6 November 2006 pukul 11:01 pm

    @ Tukangkomentar
    Menurut saya, sebaiknya memang poligami/poliandri hanya dilakukan bila  sudah (sangat) mapan secara materi. Dengan itu keadilan secara ekonomi lebih terjamin, ga perlu mikirin ongkos untuk ini itu, juga bisa menyediakan koki, pembantu sampai babysitter untuk masing-masing istri/suami, supaya tak lagi jadi masalah betapapun bodohnya mereka. Adil secara perhatian mungkin bisa dilakukan melalui bulk sms/mail. Dan keadilan soal seksual bisa melalui sex toy macam vibrator atau vagina buatan, jadi hanya perlu energi baterai/adaptor untuk memuaskan mereka :D
    Untuk tips-tips lebih lanjut bisa download manual poligami langsung dari pakarnya.

    @ JuliaPere
    Brilian!!! Saya sangat sangat setuju sekali, yang penting itu adalah kebahagiaan dan berbagi kebahagiaan dengan sesama. Hidup selibat pun, kalau tidak bahagia, ya buat apa? Tidak perlu berkaku ria dengan menuhankan aturan/norma yang sudah basbang.

    @ Odi
    Iya ya, itu baru pada level binatang.
    Pada level kromosom gimana? XX, XY? Mana yang lebih “kuat”?

    @ Passya
    Wakakakakak… btuuuul.. buetulll skuale :-))
    Btw, anda mau melihatnya dari mana nih?

    @ Helgeduelbek
    Hmmm… seperti sabda bung pasya diatas, nyambung gag nyambung itu tergantung darimana pengamat melihat :P jadi ya nyambung2 aja sih. Cuma saya kan ngliping email orang, males aja ngganti judulnya, nanti dikira saya yang ngetik, trus cewe-cewe pada antri pengen dipoligami… berabe kan?

  10. 10 Amd 7 November 2006 pukul 9:46 am

    Kalau kyai-kyai yang kaya-raya itu memfatwakan legal poligami karena Rasul pun berpoligami, sejauh mereka dan pengikutnya merasa mapan secara materi, kenapa mereka tidak mencontoh poligami ala rasul saja? Kenapa tidak berniat menikahi janda-janda tua usia 65 tahunan yang miskin dan anak-anaknya perlu dinafkahi? Kenapa yang banyak dinikahi justru anak perawan saja? (Paling enggak di daerah saya begitulah yang kerap terjadi!)

  11. 11 kw 7 November 2006 pukul 11:40 am

    poligamer adalah anjing hitam bulukan, dan tuannya adalah nafsunya sendiri.
    poligami hanyalah alasan pembenaran untuk melakukan seks bebas.

  12. 12 wadehel 7 November 2006 pukul 12:16 pm

    @ Amd
    Mungkin karena niatnya memang bukan untuk nyunah. Sambil menyelam minum bir, sambil beramal menolong istri ke 2 (sampai 12), sambil menikmati daging-daging muda.

    @ Kw
    Sadis sekali Pak. Sepertinya bukan sex bebas, tapi sex berganti-ganti pasangan. Karena memang tidak terlalu bebas, tetap dilimit maksimal 4 lobang (atau 12 ya?).

  13. 13 kw 7 November 2006 pukul 4:19 pm

    memang. dan poligamer lebih sadis daripada anjing hitam bulukan pemangsa bangkai. mana ada manusia yang bisa adil? adil secara materi masih bisa dimungkinkan karena ada alat pengukurnya.

    adil dalam membagi perasaan? mustahil bisa. taka da manusia yang bisa.

  14. 14 passya 7 November 2006 pukul 5:11 pm

    saran saya.. kalo masih masuk kategori ‘edi tansil’ gak usah nyoba2 poligami deh…jangan mempermalukan diri di depan banyak wanita…

  15. 15 wadehel 8 November 2006 pukul 12:18 pm

    @ Kw
    Konon para istrinya pemilik resto ayam bakar wong solo merasa diperlakukan adil, dan mereka sangat berbahagia lho.

    Sependek yang saya tahu, masalah ‘rasa keadilan’ itu bisa diatasi dengan cara mencuci otak wanita, sehingga mereka merasa diperlakukan dengan adil. Hal ini biasanya lebih mudah dilakukan terhadap para wanita yang alim dan taat beragama.

    Yang penting kan para wanita itu merasa bahagia dan tidak merasa teraniaya. Anak-anaknya cukup materi, bisa makan dan sekolah secara layak.

    @ Passya
    Masalah tansil (tanpa hasil) ini seringnya malah jadi alasan berpoligami, ga bisa punya keturunan, lalu membeli rahim yang lain. Kalau “hasil” diartikan sebagai anak. Kalau diartikan sebagai “kepuasan”, malah lebih parah… hubungan sex dengan istri tidak memuaskan, jadi alasan untuk cari pemuas lain.

    Kalau masalah edi (ejakulasi dini)… hehe… hari gini? Berobat atuuuh.

  16. 16 bimo 8 November 2006 pukul 3:15 pm

    Ada postingan di sebuah milis yang layak dipahami oleh para poligamer:

    “Saya sangat prihatin dengan kaum saya yang dengan seenaknya mengatasnamakan sunnah rasul menjalankan hal ini (poligami). Seharusnya kaum saya yang mejalankan ini, agar lebih terlihat fair, perlu ditanya apakah mereka sudah menjalankan sunnah rasul yang lain seperti : puasa nabi daud as, shalat malam/dhuha hingga kaki nya bengkak dan matanya sembab, berdakwah hingga di usir oleh warganya, dihina dinakan oleh keluarga (paman2 nya), di lempar dengan kotoran, pasir, tanah kering, tulang hingga batu sampai kepala dan tubuhnya berdarah2, apakah sudah pernah berjihad fi sabilillah (perang).. intinya jangan mengambil sunnah yang “nikmat” dengan mengacuhkan sunnah yang “berat”. Hal ini kan pernah ditegur oleh Allah kepada bani Israel, dan ini juga peringatan buat ummat Islam sehingga tidak melakukan hal yang sama.. Saya juga prihatin dengan kaum wanita yang mau dinikahi oleh kaum lelaki yang ber “mahzab” hal 2 di atas (mengambil yang nikmat mengacuhkan yang berat). Bukan berarti saya anti poligami karena bila saya anti poligami berarti saya anti syariat Islam. Jangan sampai Islam di sempitkan oleh orang2 seperti di atas. Bagaimana Islam mau maju bila kaum pria nya hanya memikirkan bagaimana bisa kawin lagi dengan istri yang banyak? Bagaimana Islam mau maju bila kita hanya membicarakan hal seperti ini (poligami) ?”

    Setuju?

  17. 17 yeni setiawan 8 November 2006 pukul 4:08 pm

    menurut saya sih:
    – poligami BUKAN ajaran agama
    – Islam != ARAB

  18. 18 wadehel 8 November 2006 pukul 4:47 pm

    @ Bimo
    Coba tanyakan itu pada pemilik resto wong solo. Saya tidak yakin beliaw akan setuju.

    @ Yeni
    Sunnah nabi sama tidak ya dengan ajaran agama?
    Islam memang dari arab, konten budaya arabnya otomatis kental, tapi apakah menjadi islam harus juga menjadi ke arab-araban?
    hayooo, siapa mau ngeblog soal ini?

  19. 19 ctrl z 9 November 2006 pukul 8:31 pm

    bikin perusahann yukk..
    afterlife brainwashing corporate…, baru nemu dibuku the five people you meet in hell…, ada yang mau gabung ??? nyebur kenerakanya pake roller coaster logghh..

  20. 20 midun 10 November 2006 pukul 9:05 am

    buat pak bimo, alasannya benernya bukan menjalankan sunnah nabi. Tapi krn alasan nabi tidak melarang dan menurut saya itu way out yg bagus.

  21. 21 GP 10 November 2006 pukul 9:00 pm

    Kalo mau bener ngikutin sunnah nabi, ya ikutin juga berapa taon lamanya nabi poligami. Dan liat sejarah nabi berpoligami karena alasan apa, apakah ada karena alasan body bohay, muke napsuin, ato daripada zinah/melacur. Nabi khan nggak serendah itu. Kalo poligaminya nggak sama ama alasan2x nabi mah itu melecehkan dan merendahkan nabi namanya. Ayo FPI, Ustad Abu, MMI, HTI pada di demo nih orang2x yg melecehkan nabi, masak didiemin aja…lagi asik ya:)

  22. 22 GP 10 November 2006 pukul 9:01 pm

    koreksi “maksudnya berapa taon lamanya nabi monogami”

  23. 23 wadehel 12 November 2006 pukul 12:02 am

    @ Ctrl Z
    Duh… pdf please. Kok jadi banyak yang nyebut buku menarik tanpa ngasih link download sih.

    Harap jangan ada yg komen “Beli Dong!” :D

    @ Midun
    Tidak melarang, tapi juga tidak mengharuskan. Menganjurkan? Sepertinya juga tidak.
    Kapan ya kita bisa berhenti nyunah buta dan mulai belajar berpikir alasan kenapa suatu perbuatan itu tepat atau tidak tepat untuk dilakukan, tentunya alasan selain pahala/dosa.

    @ GP
    Waaaargh, itu mah nyunah kalap, sampe detil-detilnya juga ditiru :)) Tapi bagus sih, kalau perlu pola pikir dan track record juga harus ditiru abis, supaya banyak orang berkualitas nabi disini. Andai catatan sejarah lebih lengkap dan bebas bias, tentu lebih mudah ya.

  24. 24 JuliaPere 12 November 2006 pukul 9:51 am

    Komen lagi nih:

    Menurut saya, okeh-okeh aja kalo mau poligami. Kalo beberapa perempuan dewasa mau sama mau dan rela kawin dengan 1 orang pria, asal mereka bisa mikir masak-masak dan tahu konsekuensinya serta dipenuhi kasih sayang, kenapa enggak?! Apakah mereka enggak akan pernah bisa bahagia? Ya, enggak toh? Pernikahan monogami banyak yang bak neraka dan poligami ada juga yang adem sentosa. Begitu juga dengan pernikahan poliandri, gay, lesbian, dll.

    Tapi, masalahnya ada orang-orang yang sok khotbah koar-koar mengikuti sunnah rasul, sok gaya kealiman pengen tiru-tiru Nabi Muhammad, melontarkan berbagai argumen amit-amit yang merendahkan kaum perempuan dan juga lelaki sendiri, bahkan melecehkan pernikahan monogami.

    Buat Abu Muhammad Abdullah dan si Bos Wong Solo: dari dua perempuan di bawah ini mana yang vaginanya anda pilih untuk penis anda masuki?

    (a) Vagina Bik Atun, 47 tahun, janda ditinggal mati suami beranak sembilan yang putus sekolah beberapa bahkan bekerja, pedagang sayur kecil-kecilan di pasar, badan pendek gendut kulit item dan gigi agak tonggos, atau

    (b) Vagina Siti, 22 tahun, gadis perawan baru lulus kuliah lagi cari kerja, rambut panjang wajah cantik kulit putih mulus.

    Dan menurut anda Nabi Muhammad sendiri akan memilih Bik Atun atau Siti?

  25. 25 wadehel 12 November 2006 pukul 3:41 pm

    @ JuliaPere
    Setuju, sebaiknya berbuat itu didasarkan pertimbangan matang, bijak dan dewasa, kalau memang tepat ya lakukan, kalau tidak tepat atau aniaya, ya hindari. Tidak perlu cari pembenaran ayat-ayat atau menjual nama nabi.

    Kalau saya yang disuruh milih dari 2 pilihan itu, untuk memuaskan penis, saya jelas akan memilih vagina B deh. Bukan berarti melupakan pilihan a, karena dengan kemampuan ekonomi saya yang luar biasa, saya akan pastikan 9 anak bik atun mendapat pendidikan nomer wahid. Tidak lupa membelikan dildo dan vibrator plus apapun yang Bik Atun perlukan tanpa perlu menikahinya. Biar saja dia jadi single parent yang berbahagia.

  26. 26 Tukangkomentar 15 November 2006 pukul 12:58 am

    Boleh nimbrung?
    Mas Wahedel, kalau seandainya saya mau poligami, saya akan memilih dua-duanya dengan alasan:
    – Vagina A: karena pasti buanyak pengalamannya, jadi saya bisa belajar lagi, kan? (manusia kan nggak boleh berhenti belajar, kan?).
    – Vagina B: yah, kan kadang-kadang kita manusia ini mau menikmati keindahan yang fana. Lagi pula kan kita-kita kaum laki-laki ini kan sering macho dan memerawani seorang gadis itu kan suatu prestasi yang “hebat”, iya toh?

    Memang pada garis besarnya kaum lelaki itu dalam hal ini mau menang sendiri dan peraturan-peraturan itu kalau disimak kan
    1. Dibuat oleh kaum lelaki
    2. Tentu saja mengenakkan kaum lelaki.
    Nah, yang saya heran itu kok cuma sejumput kaum wanita yang melawan kesewenang-wenangan ini. Padahal di komunitas jawa itu dulunya kaum wanita sudah sama derajatnya dengan kaum laki-laki (percaya dah! Makanya hidup kaum laki-laki jawa itu dulu enak, lho). Eh, kok, makin “maju” kehidupan “sosial”nya, makin hebat upaya kaum saya/kita nyari enaknya saja dan kaum wanitanya nurut saja. Pusing dah, saya, nggak ngerti.
    Dan kalau ada wanita yang mandiri dan berani, eh, dilaporkan ke polisi (oleh kaum wanita juga).

  27. 27 wadehel 15 November 2006 pukul 9:29 am

    @ Tukangkomentar
    Saya kurang sreg dengan alasan milih A, kayaknya agak maksa deh. Kalau hanya mau belajar pada yang banyak pengalaman, banyak juga kok para pemudi yang professional, menguasai berbagai teknik oral sampai kamasutra.
    Lha Bik Atun itu tongos, gimana mau oral? Pendek gendut, gimana mau gaya kamasutra yang perlu elastisitas? Anaknya juga sembilan, belum tentu dia rajin kegel, apa masih rapet? Kesenangan yang tidak seberapa, belum lagi kalau anak-anaknya pada bermasalah. Hati-hati pak kalau milih nenek cewek :P

    *komen saya ini didasari semangat mesum dan otak selangkangan*

  28. 28 Tukangkomentar 15 November 2006 pukul 1:09 pm

    Lha tapi kalau pemudi yang professional itu kan haram, atau nggak?
    (sambil mbayangkan yang nggak-nggak)

  29. 29 wadehel 15 November 2006 pukul 3:12 pm

    @ Tukangkomentar
    Sepertinya ini pilihan untuk dinikahi deh. Ya kalau dinikahi, pelacur pro pun akan jadi halal toh? tapi ga tau juga sih.

  30. 30 Tukangkomentar 17 November 2006 pukul 4:08 am

    Ya, selama mereka masih professional, kan haram (kalau ketahuan lho). Kalau dinikahi, ya, saya rasa memang jadi halal. Apalagi kalau tujuannya menyelamatkan mereka dari kedosaan, iya toh?
    Saya mikir nih, dosa itu sebetulnya apa ya? Apa kalau seorang jadi pelacur karena dipaksa (baik dipaksa keadaan/kemiskinan maupun dipaksa germonya dalam rangka human trafficking) apakah itu juga dosa, ya?
    Lalu kalau ngebom atau memusnahkan jiwa orang nggak bersalah, kok pahalanya masuk surga (berarti kan bukan dosa). Wah, bingung nih!

  31. 31 wadehel 17 November 2006 pukul 6:29 pm

    @ Tukangkomentar
    Iya pak, salah satu tujuan nikah kan menghalalkan istri supaya bisa kita pakai setiap saat, hahaha.

    Dosa itu… Ga tau ya. Yang saya tahu sih setiap perbuatan pasti ada konsekuensinya. Mungkin daftar tentang apa saja yang harus di alami supaya kita menikmati hasil aksi, itu yang disebut dosa.
    Kalau terpaksa karena dipaksa germo, ya bukan lagi dosa, itu namanya sudah neraka, hehe..

    Kalau ngebom masuk surga Itu kan cuma klaimnya para pemuka agama pak. Apa mereka juga sudah membuktikan? Saya sih ndak percaya.

  32. 32 miyu 27 November 2006 pukul 5:08 pm

    wah…giliran mslh poligami aZza yg komen banyak banget.. kaya’nya kebanyakan setuju deh… saya juga termasuk yang setuju siy… knp ya??? ga tau jg siy… terus knp dOnx..

  33. 33 Paijo 30 November 2006 pukul 9:01 am

    Agama-agama yang ada sekarang ini kan semuanya muncul di jaman ‘wanita dijajah pria’. Buktinya ??? Ada gak sih agama yang nabinya perempuan ??????? Etc …etc….
    Beragama bukan berarti menjalani kehidupan ala ribuan tahun lalu ketika agama tersebut muncul. Ya kan ? kan.

  34. 34 wadehel 1 Desember 2006 pukul 9:16 am

    @ Miyu
    Miyu, maaf, kalau boleh tahu anda ini perempuan atau lelaki? Kalau lelaki sih wajar, tapi kalau perempuan, boleh dong berbagi, apa saja kebaikan yang didapat perempuan dari poligami, biar yang lain pada ngerti.

    @ Paijo
    Nabi perempuan? Ehm…. siapa ya? Masa sih ga ada?
    Googling ah…

  35. 35 Tukangkomentar 3 Desember 2006 pukul 9:45 pm

    Wadehel:
    Nabi perempuan? Tergantung definisi “Nabi” (bhs. Jahudi/Hebrew: נבי (nābī), bhs. Arab: نبي (nabee), bhs. Junani:
    προφητης (prophētēs)).
    Beberapa Nabi perempuan: Sophonia, Miriam, Hulda, Kassandra, Helophile dll. (sekali lagi: tergantung definisinya lho! Kalau menurut definisi Nabi yang saat ini kita turuti ya mereka nggak termasuk, kurang lobi-nya.).

  36. 36 wadehel 4 Desember 2006 pukul 11:46 pm

    @ Tukangkomentar
    Waks, bahkan google aja tidak bisa menerangkan yang anda terangkan, atau saya yg ga bisa nyari ya :P

  37. 37 Tukangkomentar 5 Desember 2006 pukul 7:57 pm

    Mas Wadehel:
    Coba cari di Wikipedia bahasa Inggris (tulis: prophet). Tentu agak singkat, tapi lumayanlah untuk tambahan argumentasi.
    Salam.

  38. 38 wadehel 5 Desember 2006 pukul 9:04 pm

    @ Tukangkomentar
    Terimakasihbanyak atas infonya Pak :)

  39. 39 Si Poli_g@m iiiii 6 Desember 2006 pukul 6:38 pm

    Berpoligami mungkin indah, tapi bisakah manusia bertindak adil? Baik untuk dirinya, pasangannya bahkan untuk Tuhannya…..

  40. 40 Si Poli_g@m iiiii 6 Desember 2006 pukul 6:42 pm

    bahkan Nabi Ibrahim pun berpoligami …

  41. 41 Si Poli_g@m iiiii 6 Desember 2006 pukul 6:44 pm

    :) Bertindak adillah sebelum Anda berpiligami. Poligami, Yess!

  42. 42 Herman Saksono 10 Desember 2006 pukul 8:37 pm

    Ikutan comment ach (walaupun mungkin udah ada yang omong yg sama) :)
    ——————————————————————

    Dari paparan di atas dijelaskan kalau poligami adalah solusi untuk libido yang berlebih, nafsu seks yang menggelora, dan harsat untuk mencicipi barang baru. Sehingga penulis menyimpulkan lebih baik menikahi wanita tambahan daripada selingkuh ataupun ‘jajan’.

    Tapi menikah itu kan bukan cuma soal seks? Dalam pernikahan juga ada semangat membangun kebahagiaan jangka panjang, melahirkan dan mendidik anak-anak yang sholeh dan cerdas, serta menjalin ikatan silaturahmi yang kuat.

    Poligami justru membuat upaya mencapai hal tsb menjadi sulit. Bagaimana perasaan istri, perasaan anak, perasaan orang tua istri, dan keuangan masa depan?

    Makanya, agak naif kalau bilang lebih baik poligami daripada selingkuh. Sekilas memang nampak benar, tapi sebenarnya dua-duanya sama negatifnya.

    (comment saya yang sebelumnya dihapus aja, sama aja kok, cuman yang ini lebih uptodate karena dah direvisi)

  43. 43 moslem 18 Desember 2006 pukul 11:35 am

    Kalu kita sudah nyampurin ajaran agama dng ilmu pikiran dewek akan runyam. Dari jaman dulu yg berseberangan dng agama alasan yg dibuat spt itu2-lah.
    Coba lihat riwayat lagi, jaman nabi berdakwah hampir sebagian besar akan menentang dng cara ngak masuk akalah dll…
    nah sekarang kita mikir yg samakan..??

  44. 44 Tukangkomentar 19 Desember 2006 pukul 12:31 am

    Mas/Pak moslem:
    numpang lewat dan numpang tanya.

    “Kalu kita sudah nyampurin ajaran agama dng ilmu pikiran dewek akan runyam.”
    Jadi kalau ngikuti ajaran agama ya jangan mikir dewek, dan kalau mikir dewek ya jangan agama-agamaan. Gitukah?

    “Dari jaman dulu yg berseberangan dng agama alasan yg dibuat spt itu2-lah.”
    Pokoknya kalau yang nggak klop dengan ajaran agama ya artinya dibuat-buat, gitu to?
    Kalau nggak salah salah satu syarat mutlak berpoligami itu sang istri pertama harus ikhlas (betul nggak). Kalau dalam hal AA Gym menurut yang saya ngerti dari apa yang saya baca (maaf lho kapasitas otak saya untuk ngerti itu terbatas, jadi kalau salah mohon dikoreksi), Teh Ninih itu berat nerimanya (dia bilang sendiri gitu) dan berat kan berarti tidak/belum ikhlas, iya to?
    Jadi alasan penolakan dalam kasus ini dibuat-buat?

    Bingung saya jadinya.

  45. 45 vergie 21 Desember 2006 pukul 7:49 am

    http://www.detiknews.com/indexfr.php?url=http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/12/tgl/21/time/072932/idnews/722638/idkanal/10

    oom hel, ada satu pajebat negara lagi yang mo bagi-bagi batangnya noh hehehe…asikkkk, makin banyak aja neh aa-aa lain yang maen coblos kanan-kiri, atas-bawah, depan-belakang huaahahahahhaa…. *sirik.com, soale ga bisa nyoblos*

  46. 46 Anwar Rasyid 3 Januari 2007 pukul 2:57 am

    Tidak ada manusia yang bisa berlaku adil, tidak ada seorangpun.

    Memang poligami itu dibolehkan, dengan syarat yang sangat berat. Tapi kembali ke manusia yang melakukannya, sudahkah dia memahami arti dari ayat tersebut? Atau dia mempermudahnya supaya keinginannya terpenuhi?
    Saya yakin, syarat ADIL itu sampai kapanpun tidak akan bisa terpenuhi, kecuali dengan izin Allah SWT.

    Seperti kasus2 perceraian, dalam Islam, perceraian itu dilarang. Bahkan dibuat tahap2nya supaya perceraian itu batal. Misalnya Talak 1, syaratnya dalam 40 hari suami-istri tidak boleh pisah ranjang. Fungsinya, dalam 40 hari janin di dalam rahim terbentuk. Jadi jika dalam 40 hari si istri hamil, maka suami-istri itu tidak boleh bercerai. Yang kedua dalam 40 hari kemungkinan timbulnya rasa rindu kepada pasangan sangat besar. Diharapkan dengan hal itu mereka akan mencabut keinginannya untuk bercerai.
    Tapi…….. yang terjadi, banyak pasangan yang membawa perceraian itu ke pengadilan. Di pengadilan banyak hal2 yang mendukung perceraian itu, bisa karena hakimnya menyetujui perceraian karena aturan2 perceraian yang dibuat Manusia itu telah dipenuhi, atau kerjaan pengacara agar kliennya menang dan terjadilah perceraian. Bahkan di televisi saya sering melihat sidang perceraian yang tidak dihadiri oleh pasangan tersebut. Yang mau bercerai pasangan suami-istri itu atau pengacaranya? Ah sudahlah… mudah2an mereka sadar dan mengerti ajaran agama.
    Seperti saya yang sedang mempelajari agama Islam.
    (Maaf…out of topic)

  47. 47 AnakCUCUsekianPULUHtahunKEMUDIAN 9 April 2007 pukul 8:13 am

    HWAKAKAKAKAKAKAKAKAKAKAK!!!!

    Kakek-nenek moyangku luculucu, hwikikikikik!

    Poligami tu kan fiqih, ilmu hukum. Bahasannya cukup apa dan bagaimana. Apa= benarkah itu tuntunan Tuhan, bagaimana= juklak yang original. kalo itu dah ketemu, yasud, pasrahlah kita nerimanya!

    Yang perlu di”ributkan” sebenarnya kenapa mesti ngikut hukum agama Islam, atau lebih dalam lagi, kenapa mesti beragama. Tahap inilah debat menjadi lebih seru dan SANGAT PERLU biar beragama tidak atas suka-tidak-suka tapi emang atas dasar logika.

  48. 48 Farhan 17 April 2007 pukul 2:25 pm

    mampir de ke anganliar.blogspot.com

  49. 49 Zorion Annas 11 Juni 2007 pukul 9:09 pm

    Poligami atas nama agama, membunuh juga atas nama agama. Kekerasan atas nama agama. Kenapa menjadi begini?

    Waktu jaman Majapahit, orang Jawa (Gajah Mada, dll) membuat nusantara
    makmur dan jaya. Orang jawa berkebudayaan tinggi, kreatif dan toleran.

    Setelah Islam masuk di Jawa, negara kita hancur korban dari penajahan
    Belanda, Jepang, dsb. Korban dari korupsi, kekerasan/teror, malapetaka. Dan korban dari imperialisme Arab (Indonesia adalah negara pemasok jemaah haji yang terbesar di dunia). Orang-orang Arab ini memang hebat sekali karena telah berhasil menemukan cara untuk memasukkan devisa. Imperialisme Arab ini memang sangat kejam. Turun-temurun. Nusantara harus membayar pajak kepada Imperialisme Arab ini dengan alasan: menjalankan rukun Islam.

    Bagaimana caranya supaya orang Jawa kembali bisa memakmurkan negara kita yang tercinta ini?

  50. 50 Zorion Annas 20 Juli 2007 pukul 10:25 am

    POLIGAMI = PELECEHAN WANITA

    Dalam al-Qur’an, ada ayat yang secara eksplisit membolehkan poligami: dua, tiga atau empat orang isteri. Ayat inilah yang selalu menjadi senjata pendukung poligami untuk membenarkannya menurut optik Islam.

    Potongan pertama “ayat poligami” di Qur’an, seakan menyusun tangga jumlah keutamaan pernikahan. Di mulai dari dua, tiga, lantas empat. Yang paling reflek ditangkap logika biasa: cobalah dua dulu; kalau masih berminat, bisa tiga; jika masih ada kemauan dan kemampuan, boleh nambah menjadi genap empat. Bahkan, sementara umat Islam, ada yang sampai hati menjumlahkan bilangan-bilangan yang disebut Tuhan di al-Quran tersebut. Dua plus tiga, plus empat, sehingga menghasilkan jumlah yang fantastis dan menguntungkan kecenderungan pernikahan seseorang. Perbedanaan pemahaman ini tidak lepas dari permasalah hermeneutika (cara tafsir) atas ayat al-Qur’an. Masalahnya adalah, apakah penyebutan dua, tiga, empat, lantas kemudian satu, menunjukkan yang disebut pertama lebih utama (afdlal) dari yang kemudian? Kalau itu dilihat sebagai urutan keutamaan, ya poligami menjadi pilihan.

    Yang sering terlupakan adalah kelanjutan “ayat poligami” ini. Justru, yang terlupakan inilah sebetulnya ruh ayat itu. Yaitu: masalah keadilan. Keadilan atas siapa? Tentu yang dimadu (perempuan). Dari sudut pandang siapa keadilan itu? Ya, jelas sudut pandang perempuan. Sebab, yang menjadi objek poligami adalah perempuan; yang makan hati dan tahu takaran keadilan poligomos adalah perempuan itu sendiri, utamanya yang dimadu (yang terlecehkan).

  51. 51 Zorion Annas 20 Juli 2007 pukul 10:26 am

    PERLAKUAN KASAR DIBENARKAN OLEH AL-QUR’AN

    Kang Sufehmi, bacalah kutipan surah an-Nisa ayat 34: “…Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur dan pukullah mereka…”

    Ini jelas sekali bahwa, di lingkungan muslim, wanita adalah korban dari kekerasan fisik, penghinaan, pelecehan seksual. Semuanya itu dihalalkan oleh Al-Qur’an.

  52. 52 hatinurani21 13 Agustus 2007 pukul 2:19 am

    Di Forum Religiositas Agama, saya menemukan artikel yang menarik sekali. Ini situsnya: http://hatinurani21.wordpress.com/

    MENGAPA KEBUDAYAAN JAWA MENGALAMI KEMUNDURAN YANG SIGNIFIKAN?

    Pengantar

    Manusia Jawa adalah mayoritas di Indonesia. Nasib bangsa Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen manusia Jawa (MJ). Sayang sekali s/d saat ini, MJ mengalami krisis kebudayaan; hal ini disebabkan Kebudayaan Jawa (KJ) dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak2 yang berkompeten (TERUTAMA OLEH POLITISI). Bahkan KJ terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing (terutama dari timur tengah/Arab). Mochtar Lubis dalam bukunya: Manusia Indonesia Baru, juga mengkritisi watak2 negatip manusia Jawa seperti munafik, feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka bisnis (lebih aman jadi pegawai).
    Kemunduran kebudayaan Jawa tidak lepas dari dosa regim Orde Baru. Strategi regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.) dan tekanan kaum reformis melalui politisasi agama Islam menjadikan Indonesia mengarah ke ideologi Timur Tengah (Arab). Indonesia saat ini (2007) adalah kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. (mohon dibaca artikel yang lain dulu, sebaiknya sesuai no. urut)

    Boleh diibaratkan bahwa manusia Jawa terusmenerus mengalami penjajahan, misalnya penjajahan oleh:
    – Bs. Belanda selama 300 tahunan
    – Bs. Jepang selama hampir 3 tahunan
    – Regim Soeharto/ORBA selama hampir 32 tahun (Londo Ireng).
    – Negara Adidaya/perusahaan multi nasioanal selama ORBA s/d saat ini.
    – Sekarang dan dimasa dekat, bila tidak hati2, diramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara boneka Timur Tengah/Arab Saudi (melalui kendaraan utama politisasi agama).

    Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai dialami oleh bangsa Indonesia. Politisasi uang dan agama mengakibatkan percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.
    Gerilya Kebudayaan
    Negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa selain dari kekayaan minyak (petro dollar), hal ini mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) adalah terbatas umurnya; diperkirakan oleh para ahli bahwa umur tambang minyak sekitar 15 tahun lagi, disamping itu, penemuan energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya. Begitu negara Timur Tengah mendapat angin dari regim Orde Baru, Indonesia lalu bagaikan diterpa badai gurun Sahara yang panas! Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (negara2 Arab) untuk mendominasi dan menipiskan kebudayaan setempat (Indonesia) mendapatkan angin bagus, ini berlangsung dengan begitu kuat dan begitu vulgarnya. Gerilya kebudayaan asing lewat politisasi agama begitu gencarnya, terutama lewat media televisi, majalah, buku dan radio. Gerilya kebudayaan melalui TV ini sungguh secara halus-nylamur-tak kentara, orang awam pasti sulit mencernanya! Berikut ini adalah gerilya kebudayaan yang sedang berlangsung:
    – Dalam sinetron, hal-hal yang berbau mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab. Kebudayaan yang Jawa dikalahkan oleh yang Timur Tengah.
    – Artis2 film dan sinetron digarap duluan mengingat mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang nalarnya kurang jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di masukan ke salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar televisi, koran, dan majalah demi membentuk mind set (seting pikiran) yang berkiblat ke Arab.
    – Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya. Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga dengan ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong, dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan istilah2 asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, saleh dan soleha, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab itu membuat manusia dekat dengan surga! Sungguh cerdik dan licik.
    – Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan Ki dan Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan. Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas raja Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat Kalimo Sodo), padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu (banyak dewa-dewinya yang tidak Islami), jadi bukan Islam; bukankah ini sangat memalukan? Gending2 Jawa yang indah, gending2 dolanan anak2 yang bagus semisal: jamuran, cublak2 suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit digerilya dan digeser dengan musik qasidahan dari Arab. Dibeberapa tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha menetapkan hukum syariah Islam terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban berjilbab! Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
    – Gerilya lewat pendidikan juga gencar, perguruan berbasis Taman Siswa yang nasionalis, pluralis dan menjujung tinggi kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini digeser oleh madrasah2/pesantren2. Padahal Taman Siswa adalah asli produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia Jawa. UU Sisdiknas juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasilnya. Sekolah swasta berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam, sehingga ciri mereka lenyap.
    – Demikian pula dengan perbankan, mereka ingin eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba; istilah ke Arab2an pun diada-adakan, walau nampak kurang logis! Seperti USA memakai IMF, dan orang Yahudi menguasai finansial, maka manusia Arab ingin mendominasi Indonesia memakai strategi halal-haramnya pinjaman, misalnya lewat bank syariah.
    – Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik. Para pejabat eselon ini lalu memberikan pengarahan untuk arabisasi pakaian dinas di kantor masing2.
    – Di hampir pelosok P. Jawa kita dapat menyaksikan bangunan2 masjid yang megah, dana pembangunan dari Arab luar biasa besarnya. Bahkan organisasi preman bentukan militer di jaman ORBA, yaitu Pemuda Pancasila, pun mendapatkan grojogan dana dari Timur Tengah untuk membangun pesantren2 di Kalimantan, luar biasa!
    – Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila ulama hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek keputusan tidak mereka hiraukan. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI dan ICMI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih. Saat ini, MUI boleh dikata telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai
    – Dimasa lalu, banyak orang cerdas mengatakan bahwa Wali Songo adalah bagaikan MUI sekarang ini, dakwah mereka penuh gerilya kebudayaan dan politik. Manusia Majapahit digerilya, sehingga terdesak ke Bromo (suku Tengger) dan pulau Bali. Mengingat negara baru memerangi KKN, mestinya fatwa MUI adalah tentang KKN (yang relevan), misal pejabat tinggi negara yang PNS yang mempunyai tabungan diatas 3 milyar rupiah diharuskan mengembalikan uang haram itu (sebab hasil KKN), namun karena memang ditujukan untuk membelokan pemberantasan KKN, yang terjadi justru sebaliknya, fatwanya justru yang aneh2 dan merusak keharmonisan kebhinekaan Indonesia!
    – Buku2 yang sulit diterima nalar, dan secara ngawur dan membabi buta ditulis hanya untuk melawan dominasi ilmuwan Barat saat ini membanjiri pasaran di Indonesia. Rupanya ilmuwan Timur Tengah ingin melawan ilmuwan Barat, semua teori Barat yang rasional-empiris dilawan dengan teori Timur Tengah yang berbasis intuisi-agamis (berbasis Al-Quran), misal teori kebutuhan Maslow yang sangat populer dilawankan teori kebutuhan spiritual Nabi Ibrahim, teori EQ ditandingi dengan ESQ, dst. Masyarakat Indonesia harus selalu siap dan waspada dalam memilih buku yang ingin dibacanya.
    – Dengan halus, licik tapi mengena, mass media, terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater (character assasination) budaya Jawa dan meninggikan karakter budaya Arab (lewat agama)! Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat sangat cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena tidak sesuai! Padahal kebudayaan Arab adalah sangat asing!
    – Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui peraturan negara seperti undang-undang, misalnya hukum Syariah yang mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). Menurut Gus Dur, RUU APP telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945 karena tidak memberikan tempat terhadap perbedaan. Padahal, UUD 1945 telah memberi ruang seluas-luasnya bagi keragaman di Indonesia. RUU APP juga mengancam demokrasi bangsa yang mensyaratkan kedaulatan hukum dan perlakuan sama terhadap setiap warga negara di depan hukum. Gus Dur menolak RUU APP dan meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan undang-undang lain yang telah mengakomodir pornografi dan pornoaksi. “Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu negara Islam,” ungkapnya. (Kompas, 3 Maret 2006).

    – Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak diberikannya tempat untuk kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum kepercayaan asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya akan nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dibunuh dan dimatikan secara perlahan! Sungguh sangat disayangkan! Urusan perkawinan dan kematian untuk MJ penganut Kejawen dipersulit sedemikian rupa, urusan ini harus dikembalikan ke agama masing2! Sementara itu aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang berasal dari RRC justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para gerilyawan kebudayaan ini!
    – Gerilya kebudayaan juga telah mempengaruhi perilaku manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah-lembut, andap asor, cerdas, dan harmoni; namun sekarang sudah terbalik: suka kerusuhan dan kekerasan, suka menentang harmoni. Bayangkan saja, kota Solo yang dulu terkenal putri nya yang lemah lembut (putri Solo, lakune koyo macan luwe) digerilya menjadi kota yang suka kekerasan, ulama Arab (Basyir) mendirikan pesantren Ngruki untuk mencuci otak anak2 muda. Akhir2 ini kota Solo kesulitan mendatangkan turis manca negara, karena kota Solo sudah diidentikan dengan kekerasan sektarian. Untuk diketahui, di Pakistan, banyak madrasah disinyalir dijadikan tempat brain washing dan baiat. Banyak intelektual muda kita di universitas2 yang kena baiat (sumpah secara agama Islam, setelah di brain wahing) untuk mendirikan NII (negara Islam Indonesia) dengan cara menghalalkan segala cara. Berapa banyak madrasah/pesantren di Indonesia yang dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Berapa jam pelajaran dihabiskan untuk belajar agama (ngaji) dan bahasa Arab? Banyak, diperkirakan sampai hampir 50% nya! Tentu saja ini akan sangat mempengaruhi turunnya perilaku dan turunnya kualitas SDM bgs. Indonesia secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar dilancarkan!

    – Sejarah membuktikan bagaimana kerajaan Majapahit, yang luarbiasa jaya, juga terdesak melalui gerilya kebudayaan Arab sehingga manusianya terpojok ke Gn. Bromo (suku Tengger) dan P. Bali (suku Bali). Mereka tetap menjaga kepercayaannya yaitu Hindu. Peranan wali Songo saat itu sebagai alat politis (mirip MUI dan ICMI saat ini) adalah besar sekali! Semenjak saat itu kemunduran kebudayaan Jawa sungguh luar biasa!
    Tanda-tanda Kemunduran Budaya Jawa
    Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah:
    – Orang2 hitam dari Afrika (yang budayanya dianggap lebih tertinggal) ternyata dengan mudah mempedayakan masyarakat kita dengan manipulasi penggandaan uang dan jual-beli narkoba.
    – Orang Barat mempedayakan kita dengan kurs nilai mata uang. Dengan $ 1 = k.l Rp. 10000, ini sama saja penjajahan baru. Mereka dapat bahan mentah hasil alam dari Indonesia murah sekali, setelah diproses di L.N menjadi barang hitech, maka harganya jadi selangit. Nilai tambah pemrosesan/produksi barang mentah menjadi barang jadi diambil mereka (disamping membuka lapangan kerja). Indonesia terus dengan mudah dikibulin dan dinina bobokan untuk menjadi negara peng export dan sekaligus pengimport terbesar didunia, sungguh suatu kebodohan yang maha luar biasa.
    – Orang Jepang terus membuat kita tidak pernah bisa bikin mobil sendiri, walau industri Jepang sudah lebih 30 tahun ada di Indonesia. Semestinya bangsa ini mampu mendikte Jepang dan negara lain untuk mendirikan pabrik di Indonesia, misalnya pabrik: Honda di Sumatra, Suzuki di Jawa, Yamaha di Sulawesi, dst. Ternyata kita sekedar menjadi bangsa konsumen dan perakit.
    – Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Asahari, Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup beberapa gelintir manusia saja, Indonesia sudah dapat dibuat kalang kabut oleh negara asing! Sungguh keterlaluan dan memalukan!
    – Kalau dulu banyak mahasiswa Malaysia studi ke Indonesia, sekarang posisinya terbalik: banyak mahasiswa Indonesia belajar ke Malaysia (bahkan ke S’pore, Thailand, Pilipina, dst.). Konyol bukan?
    – Banyak manusia Jawa yang ingin kaya secara instant, misalnya mengikuti berbagai arisan/multi level marketing seperti pohon emas, dst., yang tidak masuk akal!
    – Dalam beragamapun terkesan jauh dari nalar, bijak dan jauh dari cerdas, terkesan hanya ikut2an saja. Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama, dan tidak perlu mengorbankan budaya lokal.
    – Sampai dengan saat ini, Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari berbagai krisis (krisis multi dimensi), kemiskinan dan pengangguran justru semakin meningkat, padahal negara tetangga yang sama2 mengalami krisis sudah kembali sehat walafiat! Peran manusia Jawa berserta kebudayaannya, sebagai mayoritas, sangat dominan dalam berbagai krisis yang dialami bangsa ini.

    Penutup

    Beragama tidak harus menjiplak kebudayaan asal agama. Gus Dur mensinyalir telah terjadi arabisasi kebudayaan. Kepentingan negara asing untuk menguasai bumi dan alam Indonesia yang kaya raya dan indah sekali sungguh riil dan kuat sekali, kalau negara modern memakai teknologi tinggi dan jasa keuangan, sedangkan negara lain memakai politisasi agama beserta kebudayaannya. Indonesia saat ini (2007) adalah sedang menjadi ajang pertempuran antara dua ideologi besar dunia: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. CLASH OF CIVILIZATION antar dua ideologi besar di dunia ini, yang sudah diramalkan oleh sejarahwan kelas dunia – Samuel Hutington dan Francis Fukuyama.

    Tanpa harus menirukan/menjiplak kebudayaan Arab, Indonesia diperkirakan dapat menjadi pusat Islam (center of excellence) yang modern bagi dunia. Seperti pusat agama Kristen modern, yang tidak lagi di Israel, melainkan di Itali dan Amerika. Beragama tanpa nalar disertai menjiplak budaya asal agama tersebut secara membabi buta hanya akan mengakibatkan kemunduran budaya lokal sendiri! Maka bijaksana, kritis, dan cerdik sangat diperlukan dalam beragama.

  53. 53 mango 31 Agustus 2007 pukul 2:15 pm

    gw setubuh dengan paligami, yang pengting kuat lahir bating. dan siap mental..

  54. 54 L. A. Sanrang S 7 Oktober 2007 pukul 1:13 am

    Pada dasarnya saya setuju dengan poligami dan saya sependapat bahwa berpoligami itu harus adil, Adil dalam materi dan adil pada layanan. Akan tetapi setelah saya pikir-pikir tentang ADIL dalam berpoligami maka saya katakan bahwa Adilnya suami itu tergantung pada syukurnya sang istri. Bukan berarti memojokkan wanita dan harus memaksanya untuk menerima kenyataan, akan tetapi hasrat itu harus tersalurkan dengan cara yang aman dan halal. Seandainya wanita dapat memahami sisi lain (akibat menahan gejolak yang tidak terpuaskan) dari pasangannya tentu wanita dapat bijaksana dalam menyikapi poligami ini. Jadi menurut hemat saya ya gak usah dilaranglah… yang mau poligami… Please selagi kondisi fisik dan keuangan memungkinkan. jangan sampai gejolak terpuaskan tetapi ekonomi kedua kubu terlantar

  55. 55 Solihin 11 Januari 2008 pukul 2:49 am

    Assalaamu’alaikum.
    Saya sangat setuju dengan poligami.
    Saya mempunyai seorang teman yang sudah mempunyai seorang istri + 2 anak. Dia mau tidur seranjang dengan gadis yang berumur 9 tahun. Gadis ini adalah anak dari seorang teman akrabnya. Teman saya ini mau mencontohi Nabi Muhammad SAW.
    Teman saya ini mengetahui bahwa gadis tsb bukan milik ayahnya, melainkan milik Alloh.
    Pertanyaan saya: Berhakkah si Ayah menolak permintaan teman saya ini? Apakah si ayah akan masuk neraka karena menolak ajaran Rasulullah?
    Terima kasih atas pertolongannya untuk menjawab pertanyaan ini.
    Wassalam

  56. 56 Ridwan Azari 11 Januari 2008 pukul 2:50 am

    Saat ini, Indonesia mengalami krisis multi-dimensi. Sedangkan sebagian besar dari krisis ini disebabkan oleh agama.
    Agama Islam adalah agama dari rumpun Abrahamik seperti halnya Kristen dan Yahudi. Ketiga agama ini menanamkan kebencian, permusuhan dan kekerasan sepanjang massa.
    Penduduk Indonesia adalah 60% berada di Jawa. Jadi kekuatan ada di Jawa. Kalau orang jawa segera meninggalkan agama rumpun abrahamik dan kembali kepada Kepercayaan asli, maka sebagian besar dari krisis ini akan hilang dan Indonesia akan seketika sembuh dari krisis ini.
    Indonesia adalah negara besar, kaya dengan sumber alam. Indonesia tidak berhak mempunyai nasib yang sepuruk ini.

  57. 57 Khaled Elkasi 26 April 2008 pukul 2:05 am

    MUSUH ISLAM ADALAH ALQUR’AN

    Kita mengetahui bahwa tujuan memaluk suatu agama (agama apapun) adalah untuk membuat umatnya menjadi teguh batiniah. Kuat tak tergoncangkan.

    Sedangkan Alqur’an merupakan musuh yang paling berbahaya terhadap agama Islam. Alqur’an membelenggu umat muslim supaya menjadi lemah, mudah diadu-domba dan mudah dihasut.

    Buktinya, umat muslim saat ini sangat lemah. Melihat kartoon Nabi Muhammad saja sudah bingung kesurupan. Melihat kepercayaan-kepercayaan lain juga umat muslim menjadi sakit. Umat muslim mudah diadu-domba sehingga mengeluarkan fatwa-fatwa bringas, merusak tempat-tempat ibadah umat yang beragama lain, sweeping, dan melakukan kekerasan-kekerasan ala jaman kegelapan.

    Semuanya itu adalah hasil dari penghayatan Alqur’an. Alqur’an sedang melemahkan dan merusak jiwa dan prilaku umat muslim.

    Jadi musuh utama bagi Islam adalah Alqur’an.

  58. 58 wahidin 7 Mei 2008 pukul 10:38 am

    Saya berpoligami……
    sudah menikah 6 tahun dengan istri pertama… dan ternyata dokter menyatakan istri tua saya divonis endometrosis akut yang menyebabkan tidak bisa punya anak (jalan terakhir harus bayi tabung yang berbiaya besar dan berpeluang keberhasilan 30%)..
    saya berpoligami dan akhirnya mempunyai anak laki laki sekarang….
    salahkah saya?

  59. 59 Rustan Zali 2 Juni 2008 pukul 1:46 pm

    LAGI-LAGI OKNUM POLISI YANG DI FPI MELAKUKAN KEBRINGASAN

    Wah ! Lagi terjadi kekerasan a la jaman kegelapan.

    Seharusnya bukan FPI yang dilarang di Indonesia, malah Islam seharusnya dilarang di Nusantara karena idiologi ini hanya menyulut kebencian dan membuat keonaran, kerusuhan, anarki yang membuat masyarakat Indonesia resah.

  60. 60 L. A. Sanrang S 11 Oktober 2008 pukul 12:21 am

    Agama adalah belenggu bila tidak ada keikhlasan
    Agama adalah sekumpulan aturan bila tidak ada pelaksanaan
    Agama adalah jalan sesat bila tidak dipahami dengan sesungguhnya
    Agama adalah sesuatu yang menakutkan dan mengerikan bila tidak disertai keyakinan.
    Apa yang kita punya….
    Apa yang kita miliki….
    Apa yang kita pahami…..
    Apa yang kita lakukan….
    Apa yang kita laksanakan….
    Untuk apa…
    Karena apa…
    Pelajarilah agama yang sebenarnya agama
    Pahamilah agama yang sebenarnya agama
    Yakinilah agama yang sebenarnya agama
    Laksanakanlah agama yang sebenarnya agama
    Bila ada individu yang merasa beragama tetapi bertindak yang tidak disukai orang
    Bila ada individu yang merasa beragama tetapi melakukan hal-hal yang merugikan
    Bila ada individu yang merasa beragama tetapi hanya pada bungkus atau kulitnya saja
    TIDAK DAPAT DIKATAKAN…….. ITULAH AGAMA
    MARILAH KITA BELAJAR SEMUA AGAMA AGAR KITA JADI TAHU APA ITU AGAMA
    WALAU PADA KENYATAANNYA KITA HANYA MEMELUK SATU AGAMA
    BUKAN UNTUK MENCARI KEJELEKAN, KEKURANGAN DAN KESALAHAN
    TETAPI AGAR KITA TAHU YANG SENARNYA AGAMA DAN AGAMA YANG SEBENARNYA.

  61. 61 Anwar N. 4 April 2009 pukul 3:58 pm

    BERAPAKAH TINGGI BADAN NABI MUHAMMAD SAW ?

    Buat teman-teman yang ahli matematika. Saya perlu bantuan dari kalian.

    Saya mau mengetahui tinggi badan Rossul SAW waktu berumur 54 tahun (waktu beliau menikahi Aysiah yang berumur 9 tahun). Rossul SAW lahir sekitar 1500 tahun yang lalu.

    Kita mengetahui bahwa semakin tahun, tubuh manusia semakin tinggi. Seorang anak yang menginjak umur dewasa selalu lebih tinggi tubuhnya dari ayahnya sekitar 5 sampai 10 cm. Sedangkan, perbedaan umur antara anak dan ayah adalah sekitar 25 – 30 tahun.

    Ambillah sebuah patokan yang minimal bahwa seorang anak selalu lebih tinggi dari ayahnya paling tidak 2 cm. Sedangkan perbedaan umur antara anak dan ayah, kita ambil patokan 30 tahun.

    Saat ini: Tinggi badan orang dewasa di daerah Timur Tengah (Arab), kita ambil patokan 180 cm.

    Kalau dilihat dari patokan-patokan di atas, berarti tubuh manusia bertambah tinggi minimal 2 cm setiap 30 tahun.

    Sedangkan kita mengetahui bahwa Rossul SAW lahir 1500 tahun yang lalu.

    Selisih ukuran badan Rossul SAW adalah (1500 dibagi 30 ), kemudian hasilnya dikalikan 2 cm. Hasilnya adalah 100 cm (lebih pendek dari sekarang).

    Kalau rata-rata orang dewasa di Timur Tengah mempunyai tubuh setinggi 180 cm, maka tinggi tubuh Rossul SAW pada saat itu adalah (180 cm dikurangi 100 cm) = 80 cm.

    Jadi Rossul SAW mempunyai tubuh setinggi 80 cm.

    Berarti kita yakin bahwa, pada saat itu (1500 tahun yang lalu), Rossul Nabi Muhammad SAW berukuran badan sangat pendek, yaitu sekitar 80 cm.

  62. 62 Mr.Nunusaku 10 Agustus 2010 pukul 5:02 pm

    Uztad Abu Bakar Bassyir mendirikan pesanteren di jawa untuk memdidik dan otaknya anak-anak muda dicuci, agar menjadi teroris islam atas nama Alloh swt Muhammad yang sudah terkubur.

    Akhirnya Densus 88 menciduk Abu Bakar Bassyir gembong berjengkot kambing bersorban butih kelihatannya soleh ternyata berhati iblis sedang dalam bermimpi untuk mendirikan IMIRAN ISLAM INDONESIA.

    Jika kita tidak inginkan teror bom meledak sana sini, marilah kita perangi islam teroris di jawa. Islam saat ini sedang bermimpi disiang bolong untuk mendirikan negara islam.
    Seperti apa yang terjadi di Maluku dalam kerusulan 1999 mereka ingin menghapuskan non muslim di Maluku, dan Maluku akan dijadikan negara islam, ternyata mimpi mereka mendapat perlawanan dari Pattimura Muda kita saling berperang, dan akhirnya Jihad dan dibantu TNI Keok juga di Maluku. Banyak kuburan laskar Jihad tak bernama di Maluku. Dan beberapa Kontainer mayat laskar jihad kami buang di laut Maluk.

    Akhir laskar jihad jawa dan TNI pulang ke Jawa karena merasa Keok berhadapan di Maluku lari pulang dengan pantat panas.


  1. 1 Indahnya Berpoligami « frimitzon Lacak balik pada 2 Desember 2011 pukul 4:25 am
  2. 2 sentence starters for argumentative essay Lacak balik pada 17 Agustus 2021 pukul 10:48 am

Tinggalkan komentar




JANGAAAN !!!

Jangan membaca isi blog ini, sebelum memahami semua woro-woro di halaman PERINGATAN.
Unek-uneg, pertanyaan atau komentar yang TIDAK berhubungan dengan posting, silahkan anda sampaikan di Ruang Tamu.
Boleh juga memasukkan kritik dan saran ke dalam kotaknya.
Posting yang tidak pada tempatnya, terlalu OOT atau terlalu kotor, kemungkinan besar akan saya serahkan pada akismet.
Satu lagi, tak perlu kuatir kalau komen anda tak langsung muncul, kadang akismet suka terlalu curiga, saya akan lepaskan begitu saya online :) Terimakasih

Cap Halal

RSS Sumber Inspirasi

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Kampanye

Petisi Mendukung Pembubaran IPDN

Aku Nggak Korupsi

Kulkas

free hit counter