Istri kan harus melayani suami!

“Eh, eh, trus gimana kalo hornynya pas gak bareng? Kalo salah satu pengen padahal yang lain lagi ga mood?”

“Kalau dia lagi horny, ya tetep harus gw layani lah, itu kan kewajiban gw sebagai istri”

“Meskipun lu lagi gak mood?”

“Iya, sebagai istri udah kewajiban gw melayani suami, kalo nolak dosa tauk!”

“Waaw, asiiik dong. Trus kalo lu yang horny dan dia ga pengen gimana?”

“Ya dia boleh-boleh aja nolak”

“Yaah? Gak adil dong?”

“Lho, emang aturannya gitu tauk, dia itu kan suami gw, lu tau gak kalo….bla bla bla… mungkin keadilan menurut manusia … bla bla… tapi keadilan Nya… bla bla… Jadi… blah”

Untungnya saya segera berhasil mengalihkan pembicaraan sebelum dia meneruskan ceramahnya tentang berbagai kewajiban istri yang dia yakini. Mungkin kapan-kapan akan saya anjurkan dia ngeblog untuk berbagi pencerahannya dengan dunia.

Penjelasannya membuat hati saya terusik, menurut saya pemahamannya itu terasa tidak adil dan terkesan merendahkan perempuan. Kalau misalnya alasan yang digunakan adalah “karena gw masih sayang banget” mungkin saya tidak terlalu terganggu. Tapi ini alasannya karena takut dosa!? Hmmm… Jangan-jangan dia juga yakin bahwa Tuhan menganggap lelaki lebih mulia dibanding perempuan.

Ditakut-takuti dengan dosa, bagi saya adalah basbang. Saya khawatir teman perempuan saya ini jadi korban doktrinasi jahat dari si suami yang memang pandai memelintir berbagai ayat untuk kepentingannya sendiri.

Atau, bisa jadi justru saya yang berpikiran sempit, mungkin sebenarnya mereka memang pasangan yang menyukai BDSM, dan doktrin dosa adalah salah satu yang membuat mereka semakin bergairah. Mungkin sebentar lagi si suami berpoligami dengan dukungan penuh dari istrinya, lalu saya juga berburuk sangka macam-macam, padahal sebenarnya mereka memang menyukai threesome, bahkan mungkin teman perempuan saya itu juga tak akan keberatan suaminya punya 4 atau 12 istri, karena memang menyukai orgy.

Ah, sutra lah. Adalah hak dia, juga hak setiap orang untuk berkeyakinan dan bertindak sesuai dengan keyakinannya itu, selama tidak menganiaya siapapun (atau yang dianiaya tidak mengeluh) kenapa harus saya yang risih?

Suatu saat nanti, bila saya ingin menikahi seorang budak seks, pasti saya akan cari perempuan seperti dia.

68 Tanggapan to “Istri kan harus melayani suami!”


  1. 1 black_hack 27 Oktober 2006 pukul 5:44 pm

    menurut saya yang dianggap lebih mulia itu kan kaum wanita,
    saya sendiri kagum ama pemikiran mas wadehel….

  2. 2 rip 27 Oktober 2006 pukul 8:01 pm

    kalo ndoktrin rasa-nya gak deh… cuman daripada aja kali yg ada di pikiran wanita, tu nurut sy.

  3. 3 Tutankhamun 27 Oktober 2006 pukul 9:03 pm

    Apa yang menjadi kepercayaannya akan menjadi surganya juga, apa yang dia yakini, akan jadi kebahagiaan dia juga, ga ada urusannya sama kamu. Ajaran dia ya biar dia jalani dengan baik. Ajaran kamu ya lakoni juga dengan baik. Ga usah sok bener dengan pandangan kamu terhadap sesuatu.

    you won’t really know exactly what’s on others head …

    jangan dulu percaya pada perkataan wanita, jika baru dia ucapkan sekali.

    Women change her mind soo quickly!

    Try me ..

  4. 4 redwar 28 Oktober 2006 pukul 1:12 am

    “Suatu saat nanti, bila saya ingin menikahi seorang budak
    seks, pasti saya akan cari perempuan seperti dia”

    wah klo mo nyari budak sex emang yg harus berpikiran seperti itu…. yang udah ke dokter eh ke doktrin…

  5. 5 stevensmac 28 Oktober 2006 pukul 1:48 am

    kalo seperti yang di atas alangka bahagianya kaum pria dan sedihnya kaum wanita karena akan selalu menjadi budak sex . blah ini tak adil . sekarang bukannya jamannya siti nurbaya lagi jadi pria dan wanita hak nya adalah equal aka sama.

    jadi yah kudu adil that,s my opinion sebagai cowo.

  6. 6 wadehel 28 Oktober 2006 pukul 6:37 am

    @ Black_hack
    Sepakat, kita harus lebih menghormati siapa?
    Ibumu…
    ibumu…
    ibumu….
    baru kemudian Ayahmu.
    Tapi bukan karena istri ayahmu ada tiga lho.

    @ Rip
    Hmmmm…. asli saya ga ngerti. Ini ngomen sambil mobile ya, awas nabrak pak.

    @ Tutankhamun
    Benar sekali. Saya juga muak betul sama orang-orang yang sok bener sendiri, apalagi bila mereka memanfaatkan jabatan atau kekuatan untuk ngarang aturan ngasal berdasarkan sok benernya sendiri. Harusnya orang-orang macam itu disingkirkan saja dari muka bumi.

    Btw, menyatakan “try me” tapi sambil tidak menyertakan alamat sama sekali. Sepertinya sengaja untuk membuktikan that women can change their minds so quickly yah?

    @ Redwar & Stevensmac
    Ya memang akan sangat menyenangkan kalau kita bisa mengontrol orang seperti itu. Janjikan pahala, ancam dengan neraka, lalu kita bisa membuat seseorang (rela dengan sepenuh hati) meledakkan apapun yang kita perintahkan. Eh, ini tentang seks lho, bukan terorisme :P

  7. 7 ivie 28 Oktober 2006 pukul 11:13 pm

    hmm pernah tuh ktemu seorg cewe yg pandangannya kayak gini. padahal belon punya pacar.. eh ga buleh pacaran kali yah? intinya dia mang dah bercita2 jd istri kedua atau kalo jd istri pertama suami kudu punya istri lagi n pandangan seksnya yah kek yg ditulis diatas… just with one reason.. bakal masuk surga.

    well it’s her choice sih.. jd mo dibilang apa…. tp bahagia dunk cowo2 punya istri kek gini…… n makin terkebelakangkah cewe2?? ataukah pandangan kayak gini justru “makin mengukuhkan” pandangan bahwa perempuan itu cuma objek.. atau perempuan itu cuma daging yang bisa diembat kucing kapan aja??

  8. 8 ctrl z 29 Oktober 2006 pukul 2:26 am

    dalam ijab kabul, si cewek hanya diem membisu tanpa berkata ‘I DO’…. yg megang kekuasaan suami dan wali … nggak jelas sicewek rela menikah apa enggak…
    ada yang bisa jelasin nggak sih dimana letak islam mengangkat harkat martabat wanita…dimata saya,islam lebih menganggap wanita hanya second citizen ,saya belom temui demokrasi thd wanita didalam islam…

  9. 9 manusiasuper 29 Oktober 2006 pukul 8:21 am

    Belum kawin ngomongin istri….

  10. 10 manusiasuper 29 Oktober 2006 pukul 9:01 am

    eh, nambah mas…
    Saya pernah denger statement:
    LAKI-LAKI SELALU MAU TAPI BELUM TENTU BISA…
    WANITA SELALU BISA TAPI BELUM TENTU MAU…
    Saya langsung berpikir, SETUJUHH!!!

  11. 11 wadehel 29 Oktober 2006 pukul 11:18 am

    @ Ivie
    Bagi sebagian orang mungkin cewe cuma objek. Bagi sebagian yang lain mungkin malah tak lebih dari seonggok daging yang basah mengkilap ndut-ndutan yang menunggu diembat. Dan setelah dijanjikan surga oleh para ulama, perempuan mana sih yang gag mau :P

    @ Ctrl Z
    Anda harus berhati-hati dengan pernyataan/pernyataan anda. Nyawa anda taruhannya. Sebaiknya tanyakan itu langsung pada ahlinya, misalnya Abu Bakar Bashir atau Abdullah Gymnastiar, lalu share jawabannya di blog anda :)

    @ Manusiasuper
    Setuju, memang menyebalkan ini manusia yang punya blog,
    belum kawin kok ngomongin istri
    belum pernah mati kok ngomongin surga neraka
    belum ketemu tuhan kok ngomongin tuhan
    sok tau bianget deh… siapa sih nih orang?!?!
    Eh, pas dilihat kok ternyata… saya sendiri!! sialll.

    @ Manusiasuper (tambahan)
    Saya tidak setuju, meski saya lelaki, tapi tidak SELALU MAU. Diluar sana juga sudah banyak kok, cowo-cowo seperti saya, mereka punya pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam menentukan sasaran maupun waktu ngecrot. Mereka tidak maen hajar, tubles, dan crot-crot. Apa ini ada hubungannya dengan berkembangnya kemanusiaan ya?

  12. 12 passya 29 Oktober 2006 pukul 12:51 pm

    @ctrl z
    apa hanya dengan kata-kata ‘I do’ lantas merupakan pernyataan kerelaan hati? bukankah kalo dia ditanya memang ‘skenarionya’ harus jawab ‘I do’? sungguh naif !
    @wadehel
    ims-tupid-o, hal itu juga berkaitan dengan bentuk dan cara kerja alat vital laki-laki dan perempuan. kenapa lelaki dikasih ‘sosis lembek’ dan perempuan dikasih ‘goa lawa’ ? ask ur God !

  13. 13 aRdho 29 Oktober 2006 pukul 3:36 pm

    setuju banget!! saya juga suka ngerasa hal yg sama.. ckck..

    anyway, ini blog kayaknya sejalan.. kita gabung aja yok… :P hyehehe..

    @rahma alias ctrl z: ckckck.. nice thought! hihi.. jadi kepikiran nih..

  14. 14 ctrl z 29 Oktober 2006 pukul 10:30 pm

    sebelomnya maap ya,pernyataan2 saya..saya muslimah ,saya hanya bertanya secara jujur,saya suka beberapa ajaran islam,seperti puasa,pengetahuan astronomi yg terlibat dalamnya dsbnya..
    tapi dalam soal posisi wanita dalam agama saya sendiri,saya sebagai wanita merasakan ketidak adilan…
    dalam kasus ditopik ini, seolah wanita hanya budak pria dalam sangkar madu(ada lagunya kan),,,menganggap wanita sumber segala dosa,iblis hanya karna syahwat mereka yg menggila…
    dan saya pernah denger ustadz ngomong,kalo penghuni dineraka kebanyakan wanita.. kenapa harus begitu??….saya sebagai wanita nggak minta dilahirkan kalo akhirnya tercipta untuk diazab dineraka…
    saya hanya bertanya dimana letak demokrasi thd wanita dlm islam…
    baca dimajalah hidayatulah,wanita2 arab pake cadar,demi suami mereka yg bisa goyah hatinya melihat paras wajah wanita laiin yg lebih cantik….nggak adilkan…, bayangkan betapa susahnya wanita bernafas dgn masker hanya demi ketidakdewasaan sikap, bagi saya,budaya arab sangat mempengaruhi islam akan perlakuan thd wanita
    ,saya hanya mendambakan islam yg adil thd wanita…hanya itu…

    bertanya ke abu bakar basheer?? saya nggak gitu sreg sama dia..ada pernyataan dia yg kurang sependapat…
    AA Gym,..boleh lah….. tapi biasanya selalu dibawa keayat2 suci..dan seperti biasa,semua agama mengarah ke: I asked Why? and the answer just Why not???

    kenapa freedom of speech ; nyawa taruhannya..ini negara demokrasikan…anggap aja ini conversation with god…apa tuhan nggak mengizinkan manusia punya ide2nya sendiri stelah dia memberikan umatnya otak untuk berpikir secara jujur dan apa adanya.

    @passya, sorry kalo pernyataan saya offensive…pernyataan I DO disini hanya contoh yg mengarah wanita hanya diam mangut2 aja dalam ijab kabul, nggak perlu dibahas panjang maksud dari ‘I do’…hanya penekanan dari topik diblog ini…

    • 15 enter 1 Desember 2012 pukul 2:52 pm

      Assalamu’alaikum,… non ctrl z, ADIL…kalau adil menurut kita, manusia ukurannya bisa terkontaminasi dengan nafsu. Tapi lain kalau ADIL yang menentukan ALLAH SWT. yang mencipta alam seisinya termasuk manusia, saya dan juga non ” ctrl z “, pastilah ADIL ini disesuaikan dengan sifat dan karakter dari makhluk yang diciptakannya ( kodrat),contohnya wanita diciptakan untuk hamil dan melahirkan, apa non ctrl z juga akan menggugat hal ini sebagai suatu ketidak adilan.
      Yakinlah Allah Swt. menciptakan segala sesuatu sesuai kodratnya masing-masingdan pasti paham benar apa yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkannya. Demikian juga halnya Allah Swt. dalam menentukan hak dan kewajiban dari Pria dan Wanita. Kalau pun ada hal-hal yang dirasa kurang adil (itu karena kita berfikirnya dengan nafsu dan karena keterbatasan daya fikir manusia, dibalik itu semua Allah Swt. pasti menimbang dengan Rasa Keadilan yang penuh dengan pemahaman akan Kodrat dari ciptaannya tsb, yang mungkin dengan rasa dan alam fikiran kita yang sempit sehingga menurut kita hal tsb dirasa ‘ tidak adil”.
      contoh : ” Wanita wajib ( siap) melayani suami dalam keadaan apapun dan kalau menolak dosa” tapi jika kewjiban tersebut dilaksanakan dengan keIkhlasan dan hanya karena menjalankan perintah AllahSwt. dan mencari ridho Allah Swt. ganjarannya SORGA, bukankah ini adalah tempat yang sejatinya jadi TUJUAN KITA hidup di dunia. Apa mau SORGA yang telah disiapkan buat non ctrl z ditukar dengan rasa tidak adil yang hanya bisa anda rasakan selama hidup di dunia….
      Mohon maaf non ….. tidak bermaksud menggurui saya juga belajar berusaha memahami hikmah dng keterbatasan ilmu dan fikiran saya dari aqidah Allah Swt yang disampaikan Junjungan kita nabi Muhammad SAW…..

  15. 16 wadehel 29 Oktober 2006 pukul 11:24 pm

    @ Passya
    Saya sudah tanya sama tuhan, dia malah suruh saya pake otak sama hati yang sudah dia berikan. Gimana kalau kita tanya saja sama tuhannya mas passya?

    @ aRdho
    Gabung apa ih? mencurigaken. Tidak subversif kan?

    @ Ctrl Z
    Tuhan memang memberi kita akal dan pikiran, tapi tidak semua orang suka bila kita menggunakannya, bila umat diijinkan pakai otak, para penguasa bakal terpaksa kerja serius kalau tak mau dihujat dan diturunkan, para pemuka agama juga bisa kesulitan melakukan pembodohan. Itu baru secara umum.
    Dalam soal gender, bila perempuan dibiarkan pintar dan diijinkan kritis, wah… bahaya itu. Pintar boleh, tapi tidak boleh terlalu bebas, harus tetap dibawah kendali laki-laki… tul ga pa Ustad? *lirik pendukung poligami*

  16. 17 calupict 30 Oktober 2006 pukul 7:42 am

    Saya setuju dengan tulisan ini.
    Kalau suami pengen isteri lagi enggak, sebaiknya suami yaa bikin isteri ‘pengen’ gitu.

    Err harta suami milik isteri tetapi harta isteri tidak harus dibagi dengan suaminya.

  17. 18 wadehel 30 Oktober 2006 pukul 10:45 am

    Calupict benar, bila suami sedang ingin, tapi istri tidak lagi pengen, ya bikin saja si istri pengen… salah satunya dengan iming-iming pahala surgawi, bila tidak mempan, ancam saja sang istri dengan siksa neraka. Ceritakan bahwa tuhan menyediakan paket siksa lengkap yang sangat pedih bagi istri-istri yang tidak mau nurut pada suami.
    Dengan itu pasti si istri langsung jadi pengen.

  18. 19 dewo 30 Oktober 2006 pukul 10:59 am

    Kalau suami-istri saling mencinta, maka sex itu seperti strum. Secara otomatis langsung nyetrum gitu loh… Tidak tertolakkan, malah nambah… (ih… aku sok tahu ya?)

    (Dretttt… aku kesetrum…)

  19. 20 passya 30 Oktober 2006 pukul 3:50 pm

    sorry oot..

    Saya sudah tanya sama tuhan, dia malah suruh saya pake otak sama hati yang sudah dia berikan

    imso, Kurang lebih mirip dengan kata2 tokoh terkenal uni sovyet (jadul mode=on) “dalam pikiranku yang paling dalam, aku adalah tuhan..”
    *kabuuurrr..palu arit berterbangan*

  20. 21 wadehel 30 Oktober 2006 pukul 6:10 pm

    @ Dewo
    Iya deeeh, yang udah ngerasain, bisa aja nih. Meski saya belum punya istri, tapi bisa mengerti apa yang anda maksud, pernah merasakan juga soale :P

    @ Passya
    Hoooiii.. maen kabur aja nieh, udah di tanyain belum?

  21. 22 ctrl z 30 Oktober 2006 pukul 10:05 pm

    what the hell,
    agaknya gue dapat sdikit hidayah deh akan misteri hidup….:p
    ,..mungkin nih….ilmu dan pengalaman hidup gue belom nyampe sana kali ye….gue terlalu menuntut jawaban pasti,sedang masalah spiritual bukan ilmu pasti….
    sebagai contoh,circumcision…dulu manusia nggak gitu tau maknanya…seiring dgn kemajuan teknologi kedokteran,diketahui khitan baik bagi kesehatan,malah menghindari wanita dari kanker rahim….dan sekarang nggak hanya islam aja yg khitanan..

    munkin seiring dengan perkembangan zaman misteri ilahi akan terkuak .. tokoh2 agama melakukan pembodohan…? ih kasar juga deh… islam bukan katolik,yg punya paus atau katedral yg bisa mengubah doktrin mengikuti zaman… islam hanya berpedoman ke alquran,yg nggak sembarang orang bisa menterjemahkan kandungannya..mangkanya quran nggak bisa diterjemahkan seenaknya..harus ada ahli tafsir dan sebagainya..kebanyakan tokoh agama ngrasa pinter dan bener sendiri..dan bikin umat jelata seperti saya gundah..
    umat islam diIndo emang jadi kritis kali ya…mungkin pengaruh kehadiran FPI dsb nya yg bikin kita berontak akan ketidakadilan ….

    makasih,thanks atas diskusi singkatnya…

  22. 23 aRdho 30 Oktober 2006 pukul 11:30 pm

    @wadehel: heh? subversif apa artinya?

    anyway, kalo dibilang.. wanita adalah dibawah laki2.. kok saya gak setuju ya? apalagi masalah “mau” dan “nggak mau” di dasari oleh takut akan surga/neraka? what the heck?!

    kalo emg gitu, bener kata Ctrl Z, bahwa Islam malah menjatuhkan kredibilitas kaum wanitanya..

  23. 24 wadehel 31 Oktober 2006 pukul 1:23 am

    @ aRdho:
    Arti subversif ya sama dengan definisi menurut kamus, tapi penguasa yang dimaksud adalah penguasa agama :P

    Kesimpulan anda itu pasti banyak yang akan menyangkal. Terlepas benar atau tidak, yang jelas hal itu tidak mudah diubah, apalagi bila realita agama seperti yang dibilang Ctrl Z itu benar, dimana hanya para ahli yang boleh membuka dan menafsirkan kitab hingga akhirnya agama dikuasai oleh segelintir ahli. Semoga saja tidak benar.

    Merubah perempuan mungkin akan lebih mudah, agar setidaknya mereka sadar bila sedang “dimuliakan” atau malah “dijatuhkan”. Tapi ini pun hanya mungkin bila mereka mau dan ingin berubah. Dan kalau akhirnya tetap memilih untuk (maaf) dibodohi dan (maaf) di injak-injak, ya BDSM itu menurut saya memang unik, mungkin juga menyenangkan.

    @ Ctrl Z

    …dan sekarang, nggak hanya islam saja yang khitanan…

    Kata “dan” disitu agak tidak tepat deh, sebelum islam, sunat juga sudah jadi budaya.
    Bicara soal sunat-menyunat, sudahkah lihat wiki? ada banyak penis disana :))
    Btw, mbak Ctrl Z disunat tidak?

  24. 25 ctrl z 31 Oktober 2006 pukul 2:08 pm

    belom sempet liat wiki,tapi bukannya dari zaman nabi ibrahim..

  25. 26 putradi 1 November 2006 pukul 8:25 pm

    yah … telat bacanya … ! gpp lah … komen aja …

    tapi memang lho ada hadits yang menerangkan kalau sebaik-baiknya wanita adalah wanita yang menurut pada suami. mungkin termasuk dalam hal sex.

    tapi weit, jangan dipahami secara sekilas. bukan, berarti kaum pria juga boleh bertindak sewenang-wenang. dan tentu, “menurut” nya pun dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan tuntunan.

    ok, yang penting seh kayaknya sama-sama ngerti. itu aja kok. toh yang namanya pernikahan (inc. sex) kan menyatukan dua pikiran (tubuh). ya, mesti fit and prover dong dua-duanya.

    hehehe … btw, mas waddehel nih … hmmm … mesti dibaca secara seksama postnya. baru bisa ngomen … salut !

  26. 27 JuliaPere 2 November 2006 pukul 6:17 pm

    Semoga sang suami si orang perempuan itu enggak akan suka lagi vaginal sex tapi doyannya seks oral + anal + sadis (tanpa masokhis) abis + terangsang kalo ngeseks sambil make pakaian wanita (apa ya istilahnya?) + hiperseks berat.

    Syukur lo, rasain!

  27. 28 Tukangkomentar 4 November 2006 pukul 8:11 pm

    Ada pepatah (dari mana nggak usah disebut ajalah, nanti dicap pepatah orang kafir lagi!) untuk ngejek laki-laki: Otak laki-laki itu sering dibawa terbang burung(nya).
    Di mana-mana, juga di negara barat yang mayoritasnya kristen (juga tentunya di India dan di China) kan wanita memang secara umum masih dipandang lebih bloon (bukan pandangan saya lho), perlu dibimbing, perlu diatur dan masih dipandang sebagai mahluk yang belum seharga laki-laki (bahkan ada wanita yang mikirnya gitu, mungkin salah interpretasi atau salah pengarahan, ya? salah bimbingan?). Karena itu kita kaum laki-laki bisa seenaknya ngatur mereka dan cara hidup mereka: kalian harus gini, kalaian nggak boleh gitu, nanti masuk neraka, itu dosa ……dsb, dsb.
    Simak saja “peraturan-peraturan” itu secara cermat, kan menguntungkan kita kaum laki-laki, toh?
    Wah, seharusnya saya jangan terlalu terbuka gini,ya? kalau kaum wanita berontak kan jadi berabe, kita nggak bisa ngatur mereka lagi dan malahan kita yang bisa-bisa harus pakai jilbab (kalau definisi auratnya dibalik).

  28. 29 wadehel 5 November 2006 pukul 1:09 am

    @ Putradi
    Wah, tulisan saya masih kurang jelas ya, kok sampai perlu dibaca dengan seksama sebelum bisa di komentari :P Maklum, sumbernya juga dari mind yang agak twisted, saya aja susah payah menerjemahkannya ke dalam tulisan. Tapi lain kali saya usahakan lebih jernih lagi deh biar mudah dimengerti.

    @ JuliaPere
    Permohonan yang aneh :P Sepertinya anda punya variasi menarik dalam berdoa, belum ada di wiki tuh :))

    @ Tukangkomentar
    Wah, benar juga tuh, harus hati-hati juga ya… Kalau nanti semua cewek sehebat siti khadijah, nanti siapa lagi yang bisa kita lecehkan? Siapa lagi yang bisa kita bodohi? Pembodohan terhadap perempuan selama ini pasti punya alasan serius.

  29. 30 Tukangkomentar 5 November 2006 pukul 2:16 am

    JuliaPere: “kasihanilah mereka yang tersesat, bimbinglah ke jalan yang benar. Jangan disumpahi atau dikutuk.”

  30. 31 JuliaPere 6 November 2006 pukul 4:46 pm

    Wadehel: Mana yang lebih aneh dengan permohonan/doa untuk orang-orang kafir dan yang beragama lain agar dibakar dalam neraka SELAMA-LAMANYA?

    TukangKomentar: Say that also to mereka yang membenci habis-habisan Israel, Yahudi, Barat, Amerika, Bush!

  31. 32 Tukangkomentar 6 November 2006 pukul 11:02 pm

    Julia Pere:
    Ok, biar adil saya bilang juga dah ke mereka-mereka yang membenci Israel, Yahudi, Barat, Amerika, Bush, tapi lebih adil juga ke Israelnya (bukan Yahudi, karena banyak orang Yahudi nggak setuju politik Israel), ke Baratnya, ke Amerikanya, ke Bushnya (dan masih banyak lagi, termasuk ke saya dan mungkin juga ke mas Wahedel yang suka ironis dan sarkastis :) Nyuwun ngapunten nggih mas!?):
    >>>>kasihanilah mereka yang tersesat, bimbinglah ke jalan yang benar. jangan disumpahi atau dikutuk

  32. 33 Tukangkomentar 6 November 2006 pukul 11:08 pm

    Tambahan utk. mas Wahedel:
    Sorry nggombalnya ke mana-mana. Kalau nggak salah topiknya mengenai wanita yang terlalu “nurut” suami,ya?
    Minta maaf lagi karena sudah menkontaminasi topik ini dengan kegombalan saya.

  33. 34 wadehel 6 November 2006 pukul 11:52 pm

    @ JuliaPere
    Sama-sama aneh :)) Tapi sepertinya permohonan anda masih kalah aneh dan kalah psycho dengan permohonan mereka yang membenci karena alasan agama itu.

    @ Tukangkomentar
    Ah, selalu saja bijak :P
    Tapi saya setuju tuh, kalau memang harus mengutuk dan memohonkan kutuk, sebaiknya yang spesifik dan punya target yang jelas. Selama ini pengutukan tidak juga berhasil, mungkin disebabkan… mungkin lho… karena tuhan tidak diberi target yang jelas. Contohnya para blogger yang ramai-ramai mengutuki israel itu, seandainya targetnya lebih spesifik, mungkin tuhan juga lebih mudah mengabulkan.

    Kontaminasi wajar, diforum pun selalu terjadi. Sebenarnya akan lebih asik kalau masalah kutuk mengutuk ini anda bahas sebagai tulisan/essay tersendiri di blog anda :-))

  34. 35 Tukangkomentar 7 November 2006 pukul 1:36 am

    Kalau saya sih daripada ngutuk sesama manusia lebih senang mancing ikan kuthuk (tahu nggak?). Enak digoreng atau dibakar lalu dimakan dengan nasi hangat-hangat pakai sambel trasi dan kemangi. Memang mungkin jadinya dikutuki sama ikan kuthuk, tapi nggak apa-apa, kan nggak ngerti bahasanya dan lagi kan “Tuhannya lain”, anggap saja kutukannya nggak manjur.
    Wah, saya ini nggak bijak, ini cuma gombalannya seorang penggombal yang nggak mau dikutuki sesama manusia.
    Mengenai topiknya. memang manusia itu berbeda-beda. Kalau mbak yang diceritakan di atas itu memenag maunya gitu, yah, terserah. Kan ada kelainan seksual yang namanya “masochisme”. Asal nggak ada tambahannya “sado-“, yah, apa boleh buat. Tapi kaum wanita yang nggak mau ditekan, ya silakan bangkit. Kita kaum kuat ini kan sebetulnya lemah, toh. Bayangkan saja istri seminggu nggak mau masak dan sebulan “pintunya” ditutup, wah celaka. Atau untuk yang masih pacaran: sehari saja jangan mau dicium, pasti deh si pacar kelabakan dan akan jadi nurut.
    Wah, salah lagi saya nih, kali ini nggombalnya ngawur, destruktif dan kontraproduktif (walah, sok istilah asing nih!). Kalau mereka memang betul-betul bangkit kan berabe kita, ya, mas Wahedel. Nggak akan ada lagi yang rela kita tekan dan lecehkan, akan kemana kaburnya rasa percaya diri sendiri kita?

  35. 36 wadehel 7 November 2006 pukul 12:29 pm

    @Tukangkomentar

    istri seminggu nggak mau masak dan sebulan “pintunya” ditutup, wah celaka. Atau untuk yang masih pacaran: sehari saja jangan mau dicium, pasti deh si pacar kelabakan dan akan jadi nurut

    Ya tidak selalu pak. Kalau si cowo/suami berekonomi, beragama dan bersyahwat  kuat, mungkin malah akan segera cari pacar atau istri baru. Apalagi kalau kuota yang 4  itu belum habis.

    Bangkitnya kaum perempuan itu memang agak menakutkan. Tapi saya yakin, karena biasanya mereka lebih “penuh kasih” dan “lembut” dibanting lelaki, meski berhasil bangkit pun tak akan terlalu menindas dan membodohi lelaki. amin.

  36. 37 Farel 20 November 2006 pukul 2:04 pm

    wanita yang mulia apabila dia sudah menjadi ibu yg baek bgi anaknya utk menuju ke surga……, bgi wnita jadilah, ibu yg baik bagi anaknya karena surga dibawah kaki ibu.
    dan bila ingin menjadi wanita sempurna bagi suami ada tiga hal :
    seorang wanita bisa jadi isteri, jadi teman dan jadi ibu bagi suaminya
    Pabelan Hidayatullah Vide

  37. 38 wadehel 20 November 2006 pukul 8:00 pm

    @ Ferel
    Ok lah surga di bawah telapak kaki ibu, itu bisa membuat anak menghargai ibu mereka. Tapi kalau istri harus dibawah telapak kaki suami, itu pembodohan namanya.

    Ga nyambung ya? hehe…

  38. 39 Tukangkomentar 22 November 2006 pukul 3:38 am

    Mosok, surga itu di bawah telapak kaki ibu? Wah, besok harus ngintip nih di bawah telapak kaki ibu, siapa tahu kepeleset masuk surga (padahal tadinya nggak mau masuk surga, takut ketemu Amrozi cs nantinya)

  39. 40 hary 27 November 2006 pukul 6:19 pm

    Yang saya tahu wanita dan pria itu dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangan. Apa yang kurang di wanita itu dilengkapi pria, dan sebaliknya apa yang kurang di pria dilengkapi wanita, so …. pria wanita dilahirkan untuk saling melengkapi.

  40. 41 wadehel 1 Desember 2006 pukul 9:31 am

    @ Tukangkomentar
    Ah, bacanya jangan seperti baca kitab suci atuh. Itu kan (mungkin) hanya perumpamaan.

    @ Hary
    Saling melengkapi. Tentunya dalam kesetaraan.

    Kalau ada yang memerlukan seorang perempuan untuk dianiaya dan tak dihargai, “kekurangan” seperti itu tidaklah perlu dilengkapi :P

  41. 42 Biasasaja 2 Desember 2006 pukul 3:31 pm

    Artikel anda cukup menggelikan dan sedikit menghibur. Ini contoh percakapan dua orang yang sama-sama tidak mengerti tentang suami-istri, akhirnya tersesat dan menyesatkan.
    Dalam Islam, hakikat pernikahan itu justru adalah untuk kesetaraan antara suami dan istri, dengan perimbangan yang proporsional. Sayangnya, tidak banyak yang mengerti. Dan, sayangnya pula, terlalu banyak yang sok tahu dan sok judgmental, sehingga akibatnya membuat generalisasi yang salah dan memprovokasi orang lain untuk berpikir salah pula.
    Dalam hal berhubungan badan, jika ada ungkapan suami mau sedangkan istri gak mau tapi harus mau melayani, ya itu sih bodoh saja suaminya. Kenapa tidak kreatif, pakai foreplay yang mengagumkan kek biar istrinya juga mood.
    Lalu kalau istrinya mau sedangkan suaminya gak mau dan suami berhak nolak, ya itu sih istrinya saja yang nggak kreatif. Keluarin dong jurus rayuan gombalnya kayak dulu masih pacaran atau baru kawin. Laki-laki kan salah-satu kelemahannya adalah dengan dirayu.
    Artinya di sini, yang menjadi masalah itu bukan kedudukan yang tidak adil antara suami dan istri, tapi masalahnya ada pada ketidak-kreativan suami dan istri yang bersangkutan.
    Ini berlaku juga pada para pemberi komentar maupun penulis artikel ini, jika terjebak pada pemahaman yang sesat dan menyesatkan. Sudah salah pola pikirnya, plus menularkan pikiran salahnya kepada orang lain agar ikut salah juga. Repot nih. Pantas saja banyak kerusakan yang terjadi, karena miskonsepsi seperti ini.
    So, kreatiflah dalam hidup berumah-tangga. Dan ingat, kreatif itu bukan menipu, pura-pura alim di dalam, tapi berkhianat di luar. Kreatif itu artinya tahu dan mampu berbuat sesuatu yang menyenangkan pasangan (yaitu suami/istri) masing-masing.
    Dan ingat, menikah itu memiliki konsekuensi yang banyak. Jika takut dengan konsekuensinya, anda tentu tahu apa yang harus anda lakukan, plus konsekuensinya juga dari apa yang anda lakukan jika tidak menikah, hehehe. Sorry kepanjangan. Peace ah!

  42. 43 wadehel 2 Desember 2006 pukul 4:28 pm

    @ Biasasaja
    Ooooh… gitu ya pak. Jadi sebenarnya tidak ada dosa-dosa an ya?
    *manggut-manggut*

    Btw, pak/bu, sebenarnya sudah baca lengkap sampai selesai atau keburu komentar nih?

  43. 44 Tukangkomentar 2 Desember 2006 pukul 11:07 pm

    Biasasaja:
    Betull! Wah, Mas Wadehel, ini baru namanya bijak (saya sih nggak, saya sok tahu dan memang iseng suka ngomentari).
    Cuma, setelah saya baca lagi dan lagi, kan topik ini justru mengenai orang yang salah mengertikannya atau salah menginterpretasikan ajaran-ajaran Islamnya, ya?
    Lagi pula kan nggak semua orang itu kreatif ya, ada yang nggak bisa ngerayu-ngerayu dsb., lalu gimana mereka ini? Nasib? Nunggu saja sampai partnernya mau atau “hantam” saja?

  44. 45 wadehel 3 Desember 2006 pukul 1:01 am

    @ Tukangkomentar
    Interpretasi yang benar itu yang menilai ya siapa kalau bukan sang sumber dari segala sumber masalah?

    Kalau bermasalah dalam hubungan ‘itu’, ya poligami saja, seperti yang dicontohkan oleh junjungan kita, ustad besar yang mulia AA Gym. Beres semuanya.

  45. 46 Tukangkomentar 7 Desember 2006 pukul 1:11 am

    Kalau beliau-beliau itu betul-betul bilang, bahwa poligami diijinkan, kenapa kok belum ada wanita yang mau poliandri.
    Kan artinya poligami itu sebetulnya perkawinan berganda (nggak tergantung jenis kelaminnya), jadi yang termasuk poligami itu ya: poliandri (satu wanita beberapa suami), poligini (satu laki-laki beberapa istri, ya seperti sang Gymnastiar itu) dan poliginandri (beberapa wanita dan beberapa suami).
    Hayo, tinggal pilih saja, kan diijinkan agama, toh?
    (ini interpretrasi, eh tasi saya lo! >>>> lari dan sembunyi).

  46. 47 wadehel 7 Desember 2006 pukul 4:50 pm

    @ Tukangkomentar
    Iya juga ya, saya ga pernah mikir kesitu, cuma ikut selera mayoritas aja dalam memaknai poligami.

    Daripada pusing menginterpretasi kemauan agama, lebih baik mempenetrasi saja lah.. jub jub crotz!
    *blog mesum tuh*

    • 48 Cbd Vape 2 Januari 2019 pukul 12:54 am

      I wished you were close to me so we could be friends. I really enjoyed reading what you had to say. You really should be writing for a job. A ton of stuff to take into consideration.

  47. 49 dian ina 15 Desember 2006 pukul 1:34 pm

    ok, istri memang harus nurut sama suami. mau dibolak-balik kayak apa juga dalilnya akan nulis begitu.

    pertanyaannya, suami yang macam apa?
    mestinya ya, suami yang bisa menghargai istri, nggak hanya sekedar memastikan bahwa istri nurut dengan ancaman dosa dan neraka. ngancem-ngancem dosa juga nggak sih?

    kalo suaminya bijak, menempatkan diri di posisi yang setara dengan istri, nggak perlu pake dosa dan neraka kok untuk membuatnya nurut. nantinya sama-sama akan bekerjasama menuju hal yang baik.

    ya, ini cuma teori saya aja.

  48. 50 wadehel 15 Desember 2006 pukul 3:33 pm

    @ Dian
    Saya suka teorinya. Sepertinya akan indah kalau semua bisa saling menghargai gitu.

  49. 51 Tukangkomentar 15 Desember 2006 pukul 9:28 pm

    “ok, istri memang harus nurut sama suami. mau dibolak-balik kayak apa juga dalilnya akan nulis begitu.”
    Dalil siapa, yo? (sambil mikir, kening berkerut-kerut! Bolak-balik dari ujung kamar ke ujung yang satunya dan bolak-balik otak saya yang tumpul ini lho) Eh, nggak ketemu juga dalilnya.
    Wah, kalau istri saya baca ini, bisa-bisa ngelarang saya ngeblog.
    Nah, mas Wadehel, ada kan wanita yang percaya itu!?
    Nggak apa-apa, kan yang penting nurutnya sambil mikir dan sambil memimpin, gitu lho, kan?
    Kalau teori saya: pernikahan itu kan perjalanan, jadi ya monggo saling “bergandengan” dalam segala arti.

  50. 52 wadehel 15 Desember 2006 pukul 11:48 pm

    @ Tukangkomentar
    Lain kali bolak-baliknya jangan cuma didalam kamar pak, tapi juga keseluruh rumah, sambil bawa-bawa sapu. Kan bersih tuh :P

    Cewe yang percaya itu banyak pak. Kalo sedari kecil selalu disuapi pembodohan secara intensif dan repetitif (halah), ya pasti gedenya jadi gituan. Jadi mangsa empuk buat kita-kita ini, cowo horny yang suka menindas dan memanfaatkan kebodohan mereka demi sebesar-besarnya kepuasan ego dan selangkangan :P

    Tapi iya pak, saya setuju juga sama teori itu, bergandengan dalam segala arti :D

  51. 53 Tukangkomentar 16 Desember 2006 pukul 3:02 am

    Wadehel:
    Ide yang bagus! Tapi saya nggak punya sapu, cuma vacuum cleaner. OK, lah, nanti saya bolak-balik ke apartemen sambil bawa VC (brrrrrmmmmmm) sambil mikir-mikir, seandainya istri saya nurut, nggak akan deh saya harus bersihin rumah. Ginilah salahnya kalau laki-laki terlalu demokratis dan terlalu cinta istri dan terlalu menghormati istri.
    Wah, itu semua ada pahalanya nggak ya? Apa cukup buat beli karcis masuk surga?

  52. 54 wadehel 16 Desember 2006 pukul 1:49 pm

    @ Tukangkomentar
    Haha… yang penting kan bahagia Pak. Menurut saya itu juga termasuk surga.

  53. 55 Tukangkomentar 16 Desember 2006 pukul 2:05 pm

    Betul!! Surga dunia!

  54. 56 38 20 Desember 2006 pukul 2:06 pm

    bullshit semua/….
    apa lu smua ude pernah ngalamin sampe bisa2nya ngomentar yg ga jelas gitu…?

  55. 57 Tukangkomentar 22 Desember 2006 pukul 3:43 am

    38,
    apanya yang nggak jelas? Mohon penjelasan supaya yang nggak jelas bisa jadi lebih jelas.
    Mungkin kaca mata anda yang nggak jelas, karena kecipratan bullshit?
    :)

  56. 58 yokata 28 Februari 2007 pukul 5:09 pm

    yaaa..mnurut ane sih boleh2 aja wanita menolak asalkan dengan alasan yang masuk akal, realistis, dan ada hubungannya sama fisik dia yang dirasa sedang tidak sehat, atau halangan.
    ane seorang pria yang juga harus menghormati wanita..tapi kalo alasannya ga jelas dalam menolak kan kita sebagai suami tinggal jauhin dia pada malam itu, pisah tempat tidur,atau didiamkan beberapa waktu (alias cuekin aja)..toh udah jelas kok aturannya ada dalam agama yang dianut oleh wanita tersebut.
    yang ane tau sih kalo istri nolak berhubungan dan si suami BT alias manyun gara2 itu..Malaikat bakal menjauhi istri tersebut. artinya jauh dari barokah loooh..

  57. 59 tukangkomentar 28 Februari 2007 pukul 7:59 pm

    Terperanjat, kaget, heran!!!
    Betulkah gitu, bahwa dalam ajaran agama Islam si istri harus (selalu) bersedia melayani suami, kalau nolak akan dijauhi malaikat???? Betulkah gitu???
    Kalau wanita nolak harus beri alasan, kalau laki yang nolak?
    Kalau laki mau ceraiin harus pakai alasan nggak???
    Jangan salah ngerti, ini bukan kritik, tapi pertanyaan.

  58. 60 sufehmi 2 Maret 2007 pukul 10:53 pm

    @wadehel :

    Saling melengkapi. Tentunya dalam kesetaraan.

    Wah, menarik,… kalau menurut mas Wadehel, struktur atasan – bawahan itu setara atau tidak ?

    Poin saya, “kesetaraan” itu relatif.

    Bagi banyak orang, konsep atasan – bawahan bukanlah suatu kesetaraan. Yang satu bisa “menindas” yang lain.
    Bagi saya, ini sudah setara karena semuanya punya hak & kewajiban.
    Bawahan wajib menuruti perintah atasan, sehingga berhak untuk mendapatkan upah dan diperlakukan dengan adil oleh atasannya.
    Atasan berhak dituruti oleh bawahannya, dan sebagai gantinya dia wajib berlaku adil, mengayomi, membantu mengatasi masalah yang di luar kemampuan bawahan, empati kepada stafnya, turut bertanggung jawab atas kesalahan bawahannya. Ya, dia bertanggung jawab juga, the buck stop at him.
    Emangnya enak? Siapa coba yang suka kena getahnya dari tindakan orang lain. Tapi ya memang itulah salah satu resiko menjadi atasan. :)

    Bagi banyak orang, mungkin konsep suami – istri dalam Islam itu bukanlah suatu kesetaraan.
    Bagi saya, sudah cukup setara; karena semua pihak ada hak dan kewajiban. Tapi mungkin beberapa mendapat misinformasi, sehingga mengira suami = semua hak & istri = segala kewajiban.
    Padahal, Nabi saw sudah mewanti-wanti bahwa seorang suami itu bukan muslim yang baik kalau dia tidak mampu memperlakukan istrinya dengan baik.
    Mampus kan… sudah sholat rajin gak pernah bolong, ngajinya fasih, sholat malam tidak pernah tinggal — tapi akhirnya divonis Allah swt sebagai muslim yang jahat “hanya” karena tidak bisa berbuat baik kepada istrinya :)

    Daripada heboh mengenai sesuatu yang cenderung subyektif, mungkin yang lebih penting adalah kerjasama. Kolaborasi. Saling dukung. Semua saling membantu untuk menghasilkan kebaikan bagi semua pihak.
    Saling mencoba memahami dan mengerti.

    Kembali ke laptop, eh maksud saya, soal horny :D ketika saya lagi ingin tapi pacar saya kebetulan tidak, beliau dengan penuh sayang tetap melayani saya.
    Begitu juga kebalikannya, ketika dia sedang ingin tapi saya kebetulan tidak, saya juga akan tetap menyambutnya. Tapi terus terang, kadang gagal :D apalagi kalau awal tidak inginnya karena badan sedang letih. Wah tiang benderanya tiarap terus dan tidak mau bangun, hihi.
    Untung pacar saya selalu mau memahami saya; bahwa ternyata laki-laki itu memang lemah kok :D huhuhu.

    Enjoy aja !

  59. 61 pelengkap 3 Maret 2007 pukul 1:16 pm

    salam….

    waw…. seruuu…. juga nih topiknya…(sambil tepuk tangan)

    Setau gw
    Dalam islam kewajiban istri cuma 3 (melahirkan, menyusui dan melayani hasrat suami (sex)) diluar itu bukanlah kewajiban istri misalnya: mencuci ato bersih2 seperti yg d katakan @tukangkomentar. hal itu adalah kewajiban dari suami, dan bila istri mengerjakannya istri dapet pahala dan klo ga istripun ga berdosa.

    so,.. untuk masalah melayani d tempat tidur…. emang istri kudu alias harus ttp mau mood ga mood klo ga yaa… dosa….
    tinggal gimana caranya dr masing2 pasangan u saling menggairahkan d atas tmp tidur… krn pengalaman gw selama 4 thn ber RT ga pernah yg namanya suami menolak….ato ga mood (mungin siistri salu menggairahkan kali yeeeee….. )
    tapi klo istri (GW) lg ga mood…. hubby bisa banget bikin gw jd terperanjat shg mood gw datang… (mo tau caranya) krm beras dolo ???

  60. 62 red rose 17 April 2007 pukul 2:10 pm

    istri harus nurut suami itu betul…
    tapi bukan berarti patuh seperti budak.
    menuruti segalanya hanya karena takut dosa dari penafsiran yang salah…
    Mas wedehel…ga semua perempuan senaif itu!
    contohnya saya…
    saya seorang istri…saya juga muslimah…
    saya patuh kepada suami dalam hal2 yang positif dan membawa kebaikan untuk kita bersama…
    saya setuju dengan comentnya biasasaja…
    dalam berumahtangga..ga ada pemaksaan, termasuk dalam melakukan hubungan suami istri…
    persepsi saya sebagai wanita….bahwa hubungan sex itu kan timbal balik dan sama sama menikmati untuk mencapai kepuasan, jadi harus sama-sama mau..
    kalaupun ada yang ga mood..salah satunya harus bisa “kreatif” untuk menciptakan mood itu…
    gitu aja repot mas….
    BTw….anda tinggal di desa mana mas?

  61. 63 thee 11 Mei 2007 pukul 2:08 pm

    nahh!!! kalu sekarang si suami dah dapet nih!eh taunya si istri “ngentang” nih….truzz apa si istri berhak nuntut biar ga “ngentang” gak??or….mesti diam n tabah aja biar masuk surga…, tapi hati dongkol, bt, n jadi uring2an deh….ga jd masuk surga dong…

  62. 64 setheeyadie 11 Mei 2007 pukul 2:47 pm

    nahh!!!gmn kalo skrg si suami dah dpt “kepuasan” nih….eh truzzz si istri “NGENTANG”…..apa si istri berhak nuntut??biar g ngentang?? or……mesti diem n sabar biar masuk surga?????walaupun kesel, bete, dongkol…akhirnya marah2, uring2an, eh!…………ga jadi deh masuk surganya…

  63. 65 Mr. Geddoe 17 Mei 2007 pukul 11:13 pm

    Suatu saat nanti, bila saya ingin menikahi seorang budak seks, pasti saya akan cari perempuan seperti dia.

    Pemikiran apa ini, budak itu mesti yang melawan dan meronta-ronta… Yang jinak seperti di atas, nggak seru :lol:

    *dilempar truk*

  64. 66 .Java 26 September 2007 pukul 11:50 am

    Hmmmmmmmmm……….. klo ga tahu hukum mending diem….. jangan menyalahkan apa yang dianut orang lain n agamanya……..mending urusi aja urusan lho lho sendiri, jangan sok pinter lah di satu sisi, lagian si istri itu kan dah berpandapat spt itu,,,,,,,jd y hak – hak dia mau kayak mana pandangan nya tenntang hukum and sunah2 Agamnya.
    …………………………………………………………
    lha klo mau bicara soal realita krisis pemahaman yg sedang terjadi g usah lah menyangkut – nyangkutkan pandangan pribadi seorang ‘ wanita plus agamanya ”
    ………………………………………………………..
    berpendapat boleh – boleh saja asal pakai alasan jangan pake emosi….. realistis dengan bukti, dasar hukum, perhitungan, pemahaman and ilhu yang sesuai dengan topik yang bersangkutan, toh opini g selamanya bener kan? no one’s perfect…..
    ……………………………………………………….

  65. 67 Prasetyo 29 Juli 2017 pukul 3:25 pm

    Kafir ini mah yang nulis, kafir = ateis.

    Rata2 kerjaan dan pola pikirnya ateis ya gini ini,
    Gak percaya tuhan tapi mempertanyakan hukum tuhan, seakan menjauhkan orang beragama dari agama nya dengan membandingkan betapa enaknya hidup tanpa tuhan/iming2 surga dan neraka. Dan orang yang beragama pasti tau kalo yang berambisi mau menjauhkan orang dari agama adalah SETAN.

    So gausah ditanggepin pelajari aja menurut agama kalian masing2. Ateis emang gitu kan dia ga percaya tuhan, jadi nggak punya hukum tuhan, jadi ya wajar kalo seorang ateis mikir seperti diatas. Mereka belajar tentang apa yang bisa dilihat mata kepalanya dan bisa diterima otaknya yang cuma seliter lebih dikit. Jadi wajar aja mereka gapaham.

    Kalo pun yang nulis ini orang beragama, dia pasti gapaham sama agamanya, gampangnya islam KTP lah. apapun agama penulis, saya sarankan untuk perdalam lagi sana.

    Untuk materi pertanyaannya panjang untuk dijawab.
    Sudah banyak kitab/kajian/webpage yang menjawab.
    KALO EMANG SI PENULIS ARTIKEL INI INGIN TAU.
    tapi si penulis lebih suka menuangkannya seperti ini dan dengan tata bahasa yang sedemikian.
    Udah coba belajar/mencari tau belum asal usul, hak dan kewajiban istri dan suami menurut islam?
    Kalo udah dan tetep ga ngerti/nggak sepaham ya wajar, itu bukan kepercayaannya si penulis.
    Kalo belum ya berati emang ganiat cari tau kan, niatnya cuma MENGHUJAT/mengambil kesimpulan sendiri.,

    wow, BDSM, THREESOME.
    do you really know BDSM? The principal of those?
    Safe, sane, consensual.
    Pelaku BDSM melakukan bukan untuk kepuasan master! Tapi UNTUK KEPUASAN SUBMISSIVE NYA.
    Have you ever really read BDSM agreement?
    Kalo untuk kepuasan master nya bukan BDSM,

    POLIGAMI?? *Rada males nih udah.
    Yang saya pahami Perempuan rela di poligami karena dia lebih mencintai Tuhannya dibandingkan suami nya!

    Well nikahin aja orang seperti dia, saya yakin dia gak mau dengan anda. Hwkwkw. U know why?
    Karna dia yang penulis maksud biasanya udah memahami agamanya, hak dan kewajibannya, ga akan mau menikah dengan penulis yang nggak paham agama, dan nggak paham juga akan hak dan kewajiban suami.

    Saran saya, anda senang2 aja terus sana freesex dll. kan enak dan adil menurut anda kan, kan mau having sex sama horse juga nggak takut masuk neraka, eh salah maaf nggak takut dosa. so go on, kuda nya juga nggak bakal protes meskipun anda punya istri 100. Atau sama anak anda juga boleh selama adil buat kalian berdua kan. diajak orgy juga harusnya ya bisa, kan nggak dosa, jelas enak dan adil (ketemu yang mr.p nya gede, ketemu cewe yang boobies nya gede)

    nanti kalo sudah booming pemikiran semacam anda dan saya lagi khilaf saya tonton deh. Lol.

    Saya juga sama seperti penulis, suatu saat nanti, bila saya menginginkan​ seorang budak seks, pasti saya akan cari perempuan yang berpikiran seperti penulis.
    Karena lebih enak orang2 yang berpikiran seperti penulis nggak takut dosa, so diajak gaya apa aja pasti mau asalkan saya bisa meyakinkan nya bahwa itu enak.

    Seperti yang penulis bilang “hak setiap orang untuk berkeyakinan dan bertindak sesuai dengan keyakinannya itu” saya juga berhak berpendapat seperti ini.


  1. 1 Istri kan harus melayani suami! « frimitzon Lacak balik pada 2 Desember 2011 pukul 4:12 am

Tinggalkan Balasan ke Tukangkomentar Batalkan balasan




JANGAAAN !!!

Jangan membaca isi blog ini, sebelum memahami semua woro-woro di halaman PERINGATAN.
Unek-uneg, pertanyaan atau komentar yang TIDAK berhubungan dengan posting, silahkan anda sampaikan di Ruang Tamu.
Boleh juga memasukkan kritik dan saran ke dalam kotaknya.
Posting yang tidak pada tempatnya, terlalu OOT atau terlalu kotor, kemungkinan besar akan saya serahkan pada akismet.
Satu lagi, tak perlu kuatir kalau komen anda tak langsung muncul, kadang akismet suka terlalu curiga, saya akan lepaskan begitu saya online :) Terimakasih

Cap Halal

RSS Sumber Inspirasi

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

Kampanye

Petisi Mendukung Pembubaran IPDN

Aku Nggak Korupsi

Kulkas

free hit counter