“Tapi ini perintah agama saya! Katanya anda menghargai pluralisme? Biarkan dong setiap orang menggunakan aksesoris sesuai dengan perintah agamanya. Dan biarkan saya pakai masker ini!” Bu guru membela diri ketika kepsek memintanya untuk tidak lagi mengenakan gasmask.
“Tapi bu, benda itu mengganggu proses belajar anak-anak.” Sang kepsek tak mau kalah.
“Ah, alasan! Kita manusia sudah berabad-abad memperjuangkan kemerdekaan dalam memeluk agama dan peribadatan. Adalah hak asasi setiap individu untuk mengenakan aksesoris apapun sesuai perintah agamanya!” si ibu guru berdalih.
“Silahkan bu, silahkan, tapi tolong jangan masker itu. Benda itu menghalangi pandangan, anak-anak jadi tidak bisa melihat bagaimana bibir ibu mengucap kata. Ibu sadar kan bahwa ibu guru bahasa?” Sang Kepsek berlogika.
Bu guru semakin marah dan berkata “Bapak jangan mengada-ada deh! Bapak memang sentimen kan dengan agama saya?! Jangan pakai alasan tidak masuk akal gitu dong. Anak-anak BUTA juga gak pernah melihat cara pengucapan, tapi bisa tuh belajar bahasa dengan baik!?” ujarnya.
Sambil menggaruk pelipisnya, Pak kepsek menjelaskan “Mmmh, maaf bu, ini bukan soal agama. Mohon dipahami, anak-anak yang ibu didik itu sama sekali tidak buta, mereka masih bisa melihat. Dengan melihat cara ibu mengucapkan, mereka juga belajar secara visual. Apa ibu tega memaksakan cara belajar anak buta pada anak yang masih bisa melihat? Karena alasan itulah kami meminta ibu untuk tidak mengenakan gasmask”.
“Alaaaah, bapak ini sentimen kan dengan agama saya? Bapak dan teman-teman kafir bapak memang selalu saja mencari masalah dan keributan dengan umat kami. Kalian selalu menteror dan menyusahkan kami. Ini jaman kebebasan Pak, hormati kami dong!” Sang ibu murka dan sudah siap berperang.
……
Diatas itu adalah sepenggal perdebatan yang terjadi dalam sebuah sekolah yang terletak di sebuah kota kecil dalam wilayah Republik BBM. Tapi nasib orang-orang yang melawan si ibu guru pasti tak jauh berbeda dengan mereka yang di Dewsbury, hanya menunggu waktu sebelum mereka menjadi sasaran maki, benci, hujat dan bahkan perang suci dari umat yang seagama dengan bu guru.
dimana tuh sekolahannya, (sekolah katolik yaa?), tapi kalo itu di Indonesia dan maskernya sampai kaya ninja gitu sih – saya sependapat sama pak Kepsek. (ya.. yang normal aja-lah – Jilbab tanpa masker).. tak ikutan ngeposin disini puisinya Cak Nun.
CAHAYA AURAT
Oleh : Emha Ainun Najib
Ribuan jilbab berwajah cinta
Membungkus rambut, tubuh sampai ujung kakinya
karena hakekat cahaya Allah
Ialah terbungkus di selubung rahasia
Siapa bisa menemukan cahaya?
Ialah suami, bukan asal manusia
JIka aurat dipamerkan di koran dan di jalanan
Allah mengambil kembali cahayaNya
Tinggal paha mulus dan leher jenjang
Tinggal bentuk pinggul dan warna buah dada
Para lelaki yang memelototkan mata
Hanya menemukan benda
JIka wanita bangga sebagai benda
Turun ke tingkat batu derajat kemakhlukannya
Jika lelaki terbius oleh keayuan dunia
Luntur manusianya, tinggal syahwatnya
===
Aku setuju dengan ibu guru itu, waktu dia bilang “Ah, alasan! Kita manusia sudah berabad-abad memperjuangkan kemerdekaan dalam memeluk agama dan peribadatan. Adalah hak asasi setiap individu untuk mengenakan aksesoris apapun sesuai perintah agamanya!”
Ya, hak setiap individu untuk ngapain aja sesuai perintah agama. Terserah mo agama apa kek. Maka biarkanlah setiap orang beragama dengan tenang.
Namun, sayang sekali orang yang menjalankan perintah agama tidak memperhatikan etika sosial. Mereka hanya memikirkan agamanya atau diri sendiri saja. Tidak jarang, pemeluk agama terlalu berkepalabatu untuk disarankan agar menyesuaikan diri dengan keadaan dan kepentingan bersama.
Jangan-jangan kepseknya pak Wadehel neh? hehehe :)
Hmmm…
Aksesoris kok masker gas ya? Kalau aksesorisnya jilbab masih mending. Tapi ini MASKER bo!!!
Mungkin besoknya aksesoris Bu-Guru-Ngeyel bertambah, yaitu: palu-arit, rompi bom, dll. Kalau sudah gitu mana ada yg jadi muridnya?
Akhirnya Ibu-Guru-Ngeyel membuka maskernya setelah diancam dikeluarkan oleh Kepsek. Ternyata giginya tinggal 2, itu pun sudah keropos. Bibirnya sumbing. Tetapi yg lebih dahsyat adalah bau mulutnya! Bau bangkai.
Akhirnya Kepsek memperbolehkan si Ibu-Guru-Ngeyel tetap memakai masker. Malahan Kepsek menyumbangkan 5 box masker untuk cadangan.
@ Dhitos,
ceritanya itu bukan sekolah bertema agama, tapi sekuler dan kafir abis, tidak mengurusi (ataupun menilai) hubungan antara pribadi siswa dengan tuhannya. Tidak ada pelajaran agama, adanya pelajaran budi pekerti.
@ MT
Kepseknya bukan saya, suwer. Tapi saya setuju, meski hak beraksesoris sesuai perintah agama harus dihormati. Tapi para umat beragama juga harus menghargai Tuhan, diantarannya dengan saling menghargai antar sesama mahluk. Kalau agamanya memerintah untuk memakai rompi bom atau berkalung palu arit, ya jangan diamalkan ketika sedang berkeliaran di tempat plural.
@ Emanuel
Harap dimengerti, agama si ibu guru itu dipengaruhi oleh budaya asal tempatnya diwahyukan. Di daerah asalnya, manusia sangat sensitif dengan pheromon, menciumnya sedikit akan horny dan kehilangan akal kemudian ngesex dengan obyek terdekat yang paling terjangkau. Makanya agama itu mewajibkan setiap umatnya memakai masker gas.
apa yang menurut kita tidak penting, kadang bisa jadi begitu penting bagi orang lain. sebaliknya, apa yang menurut kita penting, bisa jadi tidak penting bagi orang lain.
kejadiannya itu kan di salah satu negara pengusung demokrasi, ya udah terapin aja sistem democrazy juga..biarkan mekanisme pasar yang bicara, kenapa tuh kepsek gak memprovokasi muridnya aja biar men-sabotase tuh guru… simpel, efektif dan no need to argue…gitu aja kok repot :)
ya…saling menghargai…itulah yang utama…gak enak kan kalo guru itu berasa dilarang-larang make penutup wajah (yang biasanya dipakai sebagai pelengkap jilbab panjang yang biasa dipakai oleh perempuan di timur tengah, meski hal ini/penutup wajah sebenarnya gak apa-apa kalo gak dipergunakan, karena hukumnya sunah menurut islam)…
Begitu juga sebaliknya, sebaiknya bagi yang muslim gak perlu juga maksa-maksa orang lain make jilbab….seperti beberapa kasus yang terjadi dibeberapa daerah yang nerapin syariat islam…
ya yang normal-normal aja….silahkan situ mo make apa…biarkan saya make apa yang saya suka…
enak kan kalo sama-sama bisa saling mengerti…
ngutip sedikit ayat dari alqur’an yang berarti…”Bagimu agamamu Bagiku agamaku…”
ps.. tapi sedikit lagi, baiknya sang guru juga beri toleransi dikitlah buat muruid-muridnya….cukup logis juga koq penjelasan dari si kepsek…apa lagi kalo misalnya yang diajari anak SD kelas 1,2,3…gak bakalan napsu koq mereka liat bibir gurunya yang bahenol sekalipun…hehehe
cuma mau ingetin tentang pasal 29 aja…kao gak salah sih negara menjamin kebebasan warga negara nya dalam menjalankan ibadahnya…
NB : lupa pasal berapa, kalo gak salah se 29.
cerita bagus om wadehel….!!!! saya jadi bingung mau komen apaan…:))
ada dilema ketika aturan agama dibawa ke lingkungan sosial yang plural dan majemuk. disatu sisi bertahan dengan kebebasan menjalankan agama sedangkan disisi yg lain bertahan dgn aturan bersama yang disepakati dlm suatu lingkup tertentu, misalnya sekolah.
KOMPROMI dan DIALOG itu mungkin kata kunci penyelesaiannya. Daripada perang tak jelas yg membawa sentimen2 tertentu.
hmm gimana ya?
sebenarnya seberapa menyulitkan anak-anak ketika bu guru mengajar dengan memakai masker? mungkin hanya tidak nyaman karena belum terbiasa.
cuman kalau sampai anak didiknya tidak bisa menangkap apa yang diajarkan tentu saja bukan berarti karena bu gurunya bermasker.
andai bu guru harus melepas masker, emang seberapa dosa yang ia terima? kayaknya lebih kecil dibandingkan dengan pahala yang akan diterima karena mencerahkan hidup banyak anak-anak.
jadi bu guru masih tetap bisa masuk surga.
wah ada toh model jilbab yang pake gasmask-nya? apa coraknya polkadot?
lagian kenapa sekolah/kepsek gak antisipasi dari awal dengan bikin kesepakatan atau aturan…tapi bisa jadi sekolah itu kecolongan, karena mungkin awal masuk jadi guru masih pake yang biasa, beberapa lama kemudian modelnya berubah ke yang lebih ekstrim.
btw, mas Dewo mbok ya kecacatan fisik manusia gak usah dijadiin bahan lelucon..terlepas dari kekurangan non-prinsipil yang dia miliki
@ Putradi:
Betul, bagi saya yang penting itu adalah main game dan tidur, tapi bagi orang lain, hal tersebut adalah murni kesia-siaan. Bagi FPI membela Tuhan adalah penting, bagi saya: Tuhan kok di bela? Ganti aja pake yang udah mampu bela diri.
@ Passya:
Yaaah betul! Mereka itu berdiskusi dan adu argumen karena tidak percaya pada mitos yang mengatakan bahwa orang beriman itu ga punya otak, cuma bisa marah lalu menggunakan ayat untuk membantai semua yang berbeda pendapat. Di negeri diktatorship sih mungkin ga perlu lagi diskusi, cukup minta fatwa sang diktator aja dan semua beres. Ga capek.
@ Harisx:
Hihi, gimana mau saling mengerti kalau salah satu pihak merasa sebagai yang paling disayang tuhan dan paling benar di semesta alam.
@ Black_hack:
Ibadah untuk menghajar dan merusak dijamin pasal 29 ga?
@ Fertobhades:
Sama seperti kepada Harisx, kompromi dan dialog tidak akan terjadi bila salah satu pihak merasa paling disayang tuhan?
@ Kw:
Hehehe, itung-itungan dengan tuhan memang menarik. Mungkin untuk si Ibu itu surga biasa tidak cukup, beliau ingin masuk surga yang paling tinggi.
@ Aufklarung:
Itu kan di republik BBM (bener-bener mesum), jilbab disana beda sama di Indonesia. Disana jilbab memang dilengkapi gasmask untuk menghindari wangi parfum lelaki yang membuat wanita basah ditempat dan…. (sensor abis).
pak dewo jangan rasis dong…(-_-)
*jangan ditanggapi laa, cuma becanda*
Oh itu pasti sekolah Islam yg ikut2x ya, karena di khatolik susternya udah pake jilbab udah dari dulu, lebih duluan dari orang Islam.
@aufklarung
Becanda saja dibatasi, apalagi yg lain-lain? BTW, Anda sudah menginventarisasi bahan becandaan? Tolong dibuat list mana yg boleh dibuat bahan becanda dan mana yang tidak. Dengan begitu saya bisa membuat lelucon yang boleh dibuat lelucon.
@giffari
Maaf ya? Tidak rasis kok. Cuma terbawa emosi (emosi becanda). Kadang memang kehidupan itu indah jika dibawa becanda.
@ semua yang komplen dengan candanya Pak Dewo
Mungkin kita harus merancang undang-undang seperti RUU APP yang huebat itu. Kita usulkan pada para wakil di DPR yang sangan beragama itu untuk bikin RUU ACGL (Anti Canda Geto Loh).
Kalau saya sih ga usah di bikin pusing. Meski sewaktu baca candanya saya ngakak abis guling-gulingan sampe multi orgasme, tapi toh tidak sedikitpun menanggapi/memperpanjang komen yang bermasalah itu.
wah lama juga ya saya gak main kesini dan membaca tulisanmu yang selalu seru itu
seandainya saya guru bahasa (saya pernah ngajar anak-anak :)) ) memang saya rasa agak susah jika pake masker, klo bener pake masker lho, klo cuma cadar saya rasa masih bisa kedengaran kok, tetapi saya gak suka nih bagian Bapak sentimen dengan agama saya….gimana gitu, jujur deh kalo itu beneran (gak ada di republik bbm) ck bisa jadi perang tuh…
oh ya sekalian minta maaf kalo ada salah selama masuk n kasih komen, mumpung bentar lagi lebaran
Mas Dewo, memang apapun akan lebih “bagus” dengan undang-undang sebab tidak semua orang cukup dengan etika.
@aufklarung @dewo
becanda emang gak perlu ada batasan2, but apa objek dan bahan candaan yang anda buat menggambarkan seperti apa tingkat kecerdasan intelektual dan emosi anda, that’s all !
no offense…just peace :)
@aufklarung, @passya,
Kenapa tidak ada yg protes dengan candanya wadehel yg bisa bikin “multi-orgasme” ya? Rupanya yang “cabul” alias pornografi, pornoaksi, porno-omong, pornotulis sampai pornobasi tidak masuk daftar cekal ya?
(*** Nyalain kompor trs kabur ***)
Waks, harusnya komen mas dewo diatas itu saya hapus sebelum ada yang baca. tapi karena menghormati kebebasan orang bersuara, terpaksa deh saya biarkan disitu.
@ Afin
Iya, saya mengerti. Pasti sangat tidak nyaman kalau ada yang sentimen dengan agama kita. Rasanya pengen nyembelih ya? Teman saya ada yang begitu lho, kalau merasa agamanya dihina, dia langsung siap membunuh atau terbunuh di jalan agama.
@ Passya
Setujuuu… mirip seperti kata para tua: “bahasa menunjukkan bangsa”, juga kata entah siapa: “suara menunjukkan rasa”. Jika obyek becandanya kotoran, mungkin isi kepala hanya kotoran, jika obyek becandanya sex, mungkin isi kepalanya hanya sex. Dannn kalau becandanya tentang tuhan dan agama.. wuaaooow… *melihat diri sendiri sambil kagum* berarti isi kepalanya hanya agama dan Tuhan!!! Wuuih, betapa saya ini ternyata adalah orang yang sangat religius.
Jazakumullahu khairan katsira, wassalamualaikkum warrahmatullahi wabarakatuuuuh…
Saya enggan lho sebenarnya membahas ini, tapi perlu saya kutip kembali komentar saya di atas:
“btw, mas Dewo mbok ya kecacatan fisik manusia gak usah dijadiin bahan lelucon..terlepas dari kekurangan non-prinsipil yang dia miliki”
dengan kutipan ini semoga anda jernih dan fokus melihat obyek persoalan dan tidak melebar dengan analog atau perbandingan. Soal porno dll itu bukan hal yang saya bahas. dan itu tidak relevan dikaitkan dengan kecacatan fisik.
salam,
aryani
@Aufklarung…
Hm… sebenarnya saya masih ingin ngeyel mengenai batasan2 lelucon. Tapi sudahlah dari pada babak belur :D
Aufklarung, kalau saya menyinggung Anda, saya mohon maaf. BTW, saya juga prihatin dgn adanya masalah cacat fisik mau pun mental pada manusia. Buktinya saya menulis artikel khusus untuk hal tersebut. Silakan baca blog saya di: Orang Dengan Perbedaan (=Cacat).
Justru saya lebih senang menyebut manusia2 yg korupsi, kolusi, nepotisme, penjahat, perampok, pembunuh, dll sebagai orang yang cacat. Justru bukan untuk orang2 yg memiliki kekurangan fisik & mental.
Salam.
@ Aufklarung
Terimakasih anda mau melawan keengganan anda, dan berkorban waktu demi menjernihkan masalah.
@ Dewo
Kalau memang merasa benar, punya argumen, dan situasinya tidak membahayakan jiwa, menurut saya ngeyel itu hukumnya wajib. Indonesia membusuk karena banyak orang yang terlalu nrimo, nrimo yang salah tempat.
back to the track,
hari ini do’i menang tuh di pengadilan dan dapat kompensasi sekian ribu poundsterling, tapi tuntutannya atas diskriminasi ditolak, katanya sih mau banding ke pengadilan uni eropa…. wow, what a woman…!!
tp emang kalo pake masker gitu.. kesannya gimanaaa gitu..
@ passya :
beneran tuh menang di pengadilan?
dapat kompensasi SEKIAN RIBU POUNDSTERLING???
trus mo ngadu ke pengadilan uni eropa?
kalo saya mah mau dukung ibu guru itu asal dia menolak sekian ribu poundsterling itu.
Soalnya kalau diskriminasi dibiarkan akan tambah membengkak….seperti bisul, bisa pecah sewaktu2.
yah peace aja deh.
*SALAM FC!*
Ya, kan siapapun harusnya bebas beraksesoris sesuai dengan keyakinannya. Si kepsek ngelarang alasannya mungkin bukan murni diskriminasi, baca lagi deh… Berita di BBC jg dah update lagi tuh.
kalau semisalnya ada guru yang bermasker saya rasa anak anak akan merasa kesulitan dalam memahami pelajaran karena dia mengajar sambil bermasker(heheheeh) jadi kepada guru yang bermasker harap membuka maskernya kasihan anak2 kan
Makanya, lain kali kalau mbaca jangan keburu esmosi :P Kadang orang-orang kafir yang kelihatannya mau menang sendiri dan selalu menyulitkan orang beriman itu juga punya alasan yang pantas dipertimbangkan lho. Ya tidak selalu sih.
Kalau ada guru yang mau ngajar pakai bikini gimana?
Atau kalau Zorro tau-tau diangkat jadi guru?
Serius nih, kalau di Eropa sih yang penting dalam pendidikan adalah kenetralan penampilan dan kontak pandangan. Bahkan di beberapa negara bagian di Jerman sekarang ada larangan untuk memasang segala sesuatu yang berbau agama di kelas (seperti salib). Lagi pula kalau kita datang ke negeri orang kan harus menghormati adat negeri itu toh?
Di Indonesiapun kita kan juga mengeluh tentang adat/pengaruh barat yang katanya nggak sesuai dengan kebudayaan kita. Iya toh? Buat apa sih si bu guru itu ngotot nutupi wajahnya? Kalau itu diijinkan kan guru lain bisa nuntut diijinkan ngajar pakai bikini atau pakai topeng seperti Zorro.
Mbok ya agak tepo seliro, gitu lho.
NKRI bukan NII !!!!
Howdy! This post couldn’t be written much better! Looking at this article
reminds me of my previous roommate! He continually kept preaching about
this. I am going to forward this article to him. Pretty sure he’ll have a
very good read. Thank you for sharing!